احليدث ااصحيح :اهوامااتحلاسنيدهاباصعيدلااصضابطامناغرياشاذاوالاعلة

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "احليدث ااصحيح :اهوامااتحلاسنيدهاباصعيدلااصضابطامناغرياشاذاوالاعلة"

Transkripsi

1 BAB III KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS TENTANG ISBAL Hadis Rasul Saw. adalah sumber kedua setelah al-quran dalam penjelasan hukum, baik dalam segi ibadah, mu amalah, dan lainnya, begitu juga sebagai penjelas terhadap al-quran yang tidak didapati penjelasannya secara terperinci kecuali ditemui pada penjelasan Hadis, baik dalam men-takhsis-kan ayat-ayat al- Quran yang am dan juga men-tabyin-kan ayat-ayat yang mujmalah. Hadis juga berwenang dalam menentukan atau menetapkan sebuah hukum yang tidak didapati pada sumber pertama yaitu al-quran, akan tetapi tidak semua Hadis bisa dijadikan sebagai hujjah, melainkan diteliti terlebih dahulu, karena terdapat padanya hadis-hadis yang sahih: 1 احليدث ااصحيح :اهوامااتحلاسنيدهاباصعيدلااصضابطامناغرياشاذاوالاعلة al-hadis as-sahih: adalah Hadis yang bersambung sanadnya (sampai kepada Nabi), diriwayatkan oleh periwayat yang adil dan dabit sampai akhir sanad, dan tidak terdapat di dalamnya kejanggalan (syuzuz) dan cacat ( illah). Demikian juga Hadis yang daif. Untuk mengetahui status Hadis tersebut dan bisa dipertanggung jawabkan ialah dengan cara melakukan penelitian dari segi sanadnya terlebih dahulu, kemudian segi matan atau lafaz kandungan Hadis yang diberitakan. A. Kaedah Kesahihan Sanad Sanad secara bahasa diartikan: Menguatkan :ااملعتميد 2 Disebut dengan makna menguatkan, karena sanad tersebut menguatkan untuk diterimanya matan atau isi sebuah Hadis dan dijadikan sebagai hujjah. Seperti yang sudah dijelaskan terlebih dahulu bahwa sanad sebuah Hadis sebagai 1 Muhy ad-din Syarf an-nawawi, At-Taqrib li an-nawawi Fann Usul al-hadis, (Kairo: Muhammad Ali Sabih wa Auladuh, t.t.), hal Mahmud al-tahhan, Usul al-takhrij wa Dirasatul Asanid (Beirut: Dar al-quran al- Karim, 1979), hal

2 penguat terhadap matan hadis yang disampaikan, dan tidak akan pernah bisa diterima sebuah matan tanpa menyebutkan sanadnya. Sedangkan bila ditinjau dari sudut terminologinya ialah: Kebersambungan perawi hadis sampai pada matan. 3 سلسلةااصرجالااملوصلةااىلااملنت Dalam sebuah hadis yang bisa diterima oleh para ulama ialah dengan adanya sanad pada adisأ tersebut, dan jika berita yang ada tanpa disertai dengan sanad niscaya para ulama tidak akan menerima berita yang telah disampaikan, seperti pernyataan Abd Allah ibn al-mubarak yang menggambarkan bahwa sanad bahagian terpenting dalam sebuah hadis: 4 االسنادامنااصيدثن,اوصوالااالسناداصقالامناشاءامااشاء Sanad hadis merupakan bahagian dari agama. Sekiranya sanad hadis tidak ada, maka siapa saja akan dapat mengatakan (atas nama Nabi saw) apa saja yang dikehendakinya. Dengan demikian para ulama mengutamakan dalam penelitiannya terhadap sanad sebuah Hadis, dan jika didapati pada sanadnya tidak memenuhi kriteria diterimanya sebuah Hadis para ulama mencukupkan penelitiannya dengan tidak menindaklanjuti penelitiannya terhadap kandungan matannya, akan tetapi jika didapati sanadnya memenuhi kriteria yang ada maka dengan sendirinya tahapan pertaman dalam penelitian dianggap selesai dan dilanjutkan pada langkah berikutnya dengan meneliti matannya, karena para ulama berpegang pada prinsip yang dipegangi ulama hadis: 5 صيةااالسناداالاتستلزماصيةااملنت Kesahihan sanad tidak mengharuskan kesahihan matan suatu hadis. Sanad merupakan ukuran atau standar utama sebelum melakukan penelitian pada matan sebuah hadis dalam menentukan kesahihan atau tidaknya, 3 Ibid... 4 Nawir Yuslem, Metodologi Penelitian Hadis (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2008), hal Ibid 43

3 maka sebuah sanad harus memenuhi persyaratan-persyaratan atau standar yang sudah ditentukan oleh ulama, diantaranya adalah: 1. Sanad yang bersambung (ittisal) Sanad yang bersambung antara satu perawi dengan perawi lainnya adalah suatu kondisi dimana setiap perawi mendengar atau memperoleh Hadis dari gurunya masing-masing. Kondisi yang demikian berlaku mulai dari awal hingga akhir jalur sanad, atau yang dikenal dengan istilah al-musnad. Batas akhir jalur sanad bisa beragam, ada yang sampai langsung kepada Nabi saw (marfu ), sahabat Nabi saw atau yang disandarkan kepada selain sahabat dengan mengatakan: seseorang memaukufkannya kepada al-zuhri atau selainnya (mauquf) 6 atau tabi in yang tidak bisa dijadikan sebagai hujjah (maqtu ). 7 Ketika batas akhir ini menjadi penentu siapa pemilik Hadis yang diriwayatkan tersebut. Khusus untuk jalur sanad yang berakhir pada sahabat Nabi saw, akan tetapi dengan pengakuan sahabat bahwa perbuatannya dinisbahkan terhadap Nabi saw dengan mengatakan: Dahulu kami melakukan seperti ini dan seperti itu pada masa Nabi saw, atau pernyataan lain yang secara eksplisit menunjukkan penisbahan suatu perbuatan terhadap Nabi Muhammad saw., maka status pengakuan sahabat tersebut beralih dari mauquf menjadi marfu. Akantetapi jika tidak menisbahkannya kepada Nabi Muhammad saw. statusnya akan tetap menjadi mauquf, demikian menurut jumhur al- ulama dari kalangan ahli Hadis, ahli fiqih dan ahli usul. 8 Sedangkan yang dikenal dekat terhadap Nabi Muhammad saw. dan melaporkan perbuatan tanpa menisbahkannya kepada Nabi Muhammad saw. dengan mengatakan: Dahulu kami melakukan begini dan begitu, menurut Hakim an-naisaburi masih tergolong dalam ruang lingkup marfu. 9 Adapun salah satu tanda-tanda dari kebersambungan sanad yang digunakan para muhaddisun ketika mendapatkannya dari gurunya dengan cara 6 Muhammad Jamaluddin al-qasimi, Qawaid al-tahdis (Beirut: Dar al-kutub al-ilmiah, 1324 H), hal Ibid 8 M. Ajjaj al-khatib, Usul al-hadis Ulumuh wa Mustalahuh (Beirut: Dar al-fikr, 1989), hal Abu Abdullah bin Muhammad bin Abdullah al-naisaburi, Kitab Ma rifah Ulum al- Hadis (Madinah al-munawwarah: Maktabah al-diniyah, 1977), hal

4 membacakan atau mendengarkan langsung dan tanpa ada perantara diantara kedua belah pihak, menurut Imam Nasa i dengan menggunakan lafal akhbarana, sedangkan menurut Ismail ibn Mas ud dan juga Khalid ibn Haris dengan menggunakan lafal haddasana, begitu juga dengan lafal an anah yang dianggap dengan ketersambungan sanadnya walaupun dianjurkan untuk meneliti lebih jelasnya terhadap kemungkinan pertemuanya dengan guru dan juga muridmuridnya. 10 Dalam ketersambungan sanad pada sebuah Hadis harus adanya, supaya Hadis tersebut tergolong pada hadis sahih, akan tetapi dalam penelitiannya tidak sedikit didapati adanya keterputusan sanad hadis yang menjadikannya tidak diterima atau diakui sebagai hadis sahih yang akan dijadikan sebagai hujjah dalam penetapan atau sandaran pada sebuah hukum, salah satu penyebabnya adalah terbuangnya awal sanad hadis tersebut, sama ada yang terbuang itu satu atau lebih banyak (mu allaq), dan tidak sedikit pula didapati keterbuangan satu sanad pada pertengahan sanad tersebut (munqati ), begitu juga perkataan sahabat yang terbuang pada akhir sanadnya menurut tabi in, dan menurut pengarang sendiri tidak terbatas keterputusannya baik pada awal, pertengahan, atau pada akhir sanad tersebut (mursal), atau dengan ketidak bersambungan dua sanad secara berurutan dengan sengaja, seperti perkataan Imam Malik yang langsung menyebutkan dengan perkataan Nabi Muhammad saw. tanpa menyebutkan sahabat atau tabi in yang seharusnya ada pada setiap sanad hadis dalam mengklasifikasikannya pada hadis sahih (mu dal), serta sanad hadisnya pada zahirnya bersambung, akan tetapi pada kenyataannya terputus (mudallas) Seluruh perawi Adil Keadilan ( adalah) yang dituntut dari perawi dalam persyaratan ini adalah seperti yang telah termuat dalam standar konvensional syar i seperti: status keislaman, mukallaf, tidak terkontaminasi dengan aksi-aksi bid ah dan menjaga 10 Mahmud al-tahhan, Usul al-tarjih wa Dirasat al-asanid (Riyadh: Maktabah Ma arip, 1991), hal Zapar Ahmad Usmani al-tahanawi, Qawaid fi Ulumul Hadis (Cairo: Dar al-salam, 2000), hal

5 wibawa (muru ah). Sedangkan kedabitan yang dimaksudkan dalam syarat ini adalah meliputi kemampuan seorang perawi untuk memahami dan menghafal dengan baik riwayat yang diterimanya serta kesanggupan untuk menyampaikannya kepada orang lain dengan baik pula. 12 Persyaratan adil juga menegaskan kesahihan hadis dari perawi yang tidak dikenal pribadi (majhul ain) dan kepribadiannya (majhul wasf/hal) atau disebut juga mastur. Kemajhulan bisa ditandai dengan penyebutan figur perawi yang tidak transparan dengan menggunakan lafal-lafal yang samar (mubham), seperti: seorang laki-laki (ar-rajul), seseorang (fulan), seorang guru (syaikh), dari kalangan kami (min ashabina) dan lain sebagainya. Kemudian pada sebuah hadis sahih diharuskan pada sanadnya orang-orang yang adil dan dabit untuk menentukan sebuah hadis tersebut tergolong pada hadis sahih, dan seorang yang adil tidak terluput dari kesalahan-kesalahan yang kecil walaupun dia seorang imam lagi masyhur, akan tetapi dalam meriwayatkan sebuah hadis dituntut untuk adil terhadap agamanya. Setiap perawai hadis yang adil harus memenuhi dan mempunyai kriteria yang didapati dalam dirinya, yaitu: - seseorang itu harus muslim yang sudah dewasa (balig), - juga seorang yang berakal, - kemudian taat dalam menjalankan ritualitas keagamaan, - tidak melakukan atau memperbuat perbuatan fasik seperti mencuri, dll, dan juga tidak rusak muru ah-nya. 13 Sedangkan Ibnu al-mubarak mengatakan bahwa seorang yang adil harus mempunyai dalam kepribadiannya lima bentuk: 1. Menyaksikan atau bergaul secara baik dengan masyarakat. 2. Tidak meminum minuman keras atau yang memabukkan. 3. Agamanya tidak rusak. 4. Tidak didapati berbohong. 5. Tidak juga seorang yang terganggu akalnya atau gila. Menurut Ulama Mustalah al-hadis, bahwa seorang yang adil harus mempunyai kriteria: muslim, baligh, berakal sehat, terpelihara dari sebab-sebab 12 Abi Amru Usman bin Abdurrahman al-saharzuri, Muqaddimah Ibnu Salah (Beirut:Dar Kutub al-ilmiah, 1989), hal Yuslem, Ulumul Hadis, hal

6 kefasikan, dan juga terpelihara dari sebab-sebab yang merusak terhadap mur ah atau harga dirinya. 14 Secara garis besarnya dapat diambil sebuah ketentuan dari pemaparan diatas, bahwa seorang yang adil dalam meriwayatkan sebuah hadis harus memilki persyaratan: a. Islam b. Baligh c. Mempunyai akal sehat d. Taqwa e. Memelihara muru ah f. Tidak berbuat dosa besar g. Menjauhi dosa-dosa kecil Periwayatnya harus dabit Dabit adalah keyakinan dan keteguhan terhadap sesuatu yang diriwayatkan seorang perawi, bahwa dia dalam keadaan sadar (ingat) ketika dalam meriwayatkan sebuah hadis, tidak lalai (pelupa), hafal terhadap apa yang diriwayatkannya, kuat ingatannya dalam tulisannya akan sebuah hadis, dan juga mengetahui (paham) terhadap makna hadis yang diriwayatkannya. 16 Dari uraian tersbeut dapat dipahami bahwa seorang yang dabit harus mampu dalam ingatan yang kuat akan hafalannya, dan memahami dengan betul terhadap hafalan atau tulisan yang didapatinya, kemudian dia harus bisa mentransfer atau menerangkannya dengan pengertian yang sesungguhnya tanpa ada keraguan sedikitpun akan hadis yang diterangkan tersebut agar tidak terjadi kesalah pahaman bagi yang mendengarkan hadis yang disampaikannya, karena jika terdapat kesalahan dalam pemaparannya niscaya dia yang akan menanggung dosa yang dikerjakan oleh pendengarnya, kemudian bahagian-bahgian yang diatas disebutkan merupakan materi kajian para kritikus hadis dalam memberikan 14 Yuslem, Metodologi..., hal Al-Hafiz Ibnu Katsir, al-ba ist al-hatsist Syarh Ikhtisar Ulum al-hadis (Beirut: Dar al- Fikr, tt), hal Ibnu Katsir, al-ba ist al-hatsist hal

7 penilaian positif (ta dil) maupun negatif (jarh) terhadap kualitas kepribadian ( adalah) dan kapasitas intelektual (dabit) seorang perawi hadis. Ke-dabit-an seorang perawi adakalanya berhubungan dengan daya ingat dan juga hafalan yang disebut dengan dabit sadr, dan adakalanya berhubungan dengan kemampuannya dalam memahami dan memelihara catatan terhadap hadis yang ada padanya dengan baik dari kemungkinan terjadinya kesalahan, perubahan, atau kekurangan pada hadisnya, dan ini disebut dengan dabit kitab. Sekarang ini, para perawi tersebut tidak dapat dijumpai lagi secara fisik, maka untuk mengetahui dabit atau tidak dabit seorang perawi dapat diketahui melalui dua cara: a. Berdasarkan kesaksian para ulama, b. Berdasarkan kesesuaian riwayatnya dengan riwayat yang disampaikan oleh periwayat yang lain yang telah dikenal ke-dabit-annya Sanad tidak mengandung syaz Adapun yang dinamakan syaz adalah hadis yang diriwayatkan oleh seorang yang siqat dan menyendiri dari beberapa orang yang siqat dalam periwayatannya, dan juga tidak ada perawi lain yang meriwayatkannya walaupun tidak didapati padanya illat, dan menurut pendapat Syafi i tidak ada keraguan untuk tidak menerima hadis yang syaz. 18 Sedangkan menurut Imam Syafi i hadis syaz adalah hadis yang apabila diriwayatkan oleh seorang yang siqat namun bertentangan dengan hadis yang diriwayatkan oleh orang-orang siqat yang banyak, sementara tidak ada perawi lain yang meriwayatkannya, kemudian menurut pendapat Imam al-hakim an-naisaburi hadis syaz adalah hadis yang diriwayatkan oleh seorang yang siqat, tapi tidak ada perwai siqat yang lain meriwayatkannya. 19 Berbeda dengan Ibnu Salah terhadap penerimaan hadis syaz walaupun dalam pendefenisiannya tidak jauh berbeda dengan yang lainnya, yang mengatakan bahwa hadis syaz satu sisi bisa diterima hadisnya ketika tidak didapati perawi lain yang meriwayatkannya dan yang meriwayatkan tersebut 17 Mahmud at-tahhan, Usul at-takhrij, hal Al-Saharzuri, Muqaddimah, hal Ali Mustafa Yaqub, kritik Hadis (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2004), hal

8 adalah seorang yang adil, dabit dan terpercaya, dan disisi lain hadis tersebut ditolak ketika didapati seorang perawi yang meriwayatkannya dan berbeda dengan hadis yang sebelumnya, kemudian yang meriwayatkan tersebut adalah orang yang siqat dan lebih hafiz dari yang sebelumnya. 20 Contoh hadis syaz melalui sanad hadis tersebut ialah hadis yang diriwayatkan oleh Imam at-tirmidzi, Nasa i, Ibnu Majah dari Sufyan bin Uyainah dari Amru bin Dinar dari Ausajah dari Ibnu Abbas yang menceritakan seorang laki-laki yang meninggal dunia pada masa Nabi Saw dan tidak meninggalkan sebuah warisan terhadap anaknya yang masih kecil, kemudian Nabi Saw memberikan warisannya kepada anak tersebut. Hadis ini berbeda dengan yang diriwayatkan oleh Hammad bin Zaid, dengan memperolehnya langsung dari Amru bin Dinar dan tidak menyebutkan Ibnu Abbas di dalam periwayatan hadisnya. 21 Adapun contoh hadis syaz dari segi matannya ialah sebuah hadis tentang salat duha yang diriwayatkan oleh Imam Abu Daud dan Imam at-tirmizi dari Abdul Wahid bin Ziad dan A mas dari Abi Salih dari Abu Hurairah, dimana dalam hadis tersebut Abdul Wahid bin Ziad menyebutkan hadis tersebut adalah hadis qauliyah, berbeda dengan yang lainnya dan jumlah mereka tergolong banyak yang mengatakan hadis fi liyah Terbebas dari illah Ditinjau dari segi bahasa illah berarti cacat atau keburukan. 23 Dalam istilah ilmu hadis, illah berarti sebab yang tersembunyi yang merusak kualitas hadis. Keberadaan illah dalaam hadis menyebabkan hadis tersebut yang pada lahirnya tampak berkualitas sahih, sebenarnya tidak demikian. 24 Untuk mengungkap illah hadis, menurut sebagian ulama hadis memerlukan persyaratan yang sangat sulit dicapai orang pada umumnya. Seperti; a- mempunyai hafalan hadis yang sangat banyak, b- paham akan hadis yang 20 Muhammad bin Muhammad Abu Suhbah, al-wasit Fi Ulum Wa Mustalah al-hadis (Saudi Arabia: Alam al-masrafiyah, 1983), hal Abu Sahbah, al-wasit..., hal Abu Sahbah, al-wasit..., hal Ibn Manzur, Lisan al- Arab, hal Nur ad-din Itr, Ulum al-hadis, Jld. II, terj. Manhaj an-naqd fi Ulum al-hadis, penerjemah Mujio, (Bandung: Rosda Karya, 1994), hal

9 dihafalnya, c - mendalam pengetahuannya tentang berbagai tingkat kedabitan periwayat, d ahli di bidang sanad dan matan hadis. Demikian halnya, Ali Ibn al-madini dan al-khatib al-baghdadi telah menjelaskan langkah-langkah konkrit untuk mengetahui illah suatu hadis. Menurutnya, untuk mengetahui illah suatu hadis, terlebih dahulu semua sanad yang berkaitan dengan hadis yang diteliti harus dihimpun. Sesudah itu, seluruh rangkaian dan kualitas periwayat dalam sanad itu diteliti berdasarkan pendapat para kritikus periwayat dan illah al-hadis. Illah al-hadis bisa terjadi di dalam sanad dan di dalam matan, atau bisa juga dalam sanad dan matan sekaligus, akan tetapi yang terbanyak terdapat pada sanad. 25 B. Kaedah Kesahihan Matan Matan secara bahasa berarti: 26 مااصلباوارتفعامنااألرض Sesuatu yang keras dan tinggi (terangkat) dari bumi (tanah). Sedangkan matan dalam artian terminologinya adalah: 27 مااثنتهيااصحهااصسنيدامنااصكالم Seseuatu yang berakhir padanya (terletak sesudah) sanad, yaitu berupa perkataan. Atau bisa juga diartikan seperti: 28 هواأصفاظااحليدث ااصيتاتقوماهباامعانحه Yaitu lafaz hadis yang memuat berbagai pengartian. Penelitian terhadap matan sebuah hadis sangat penting dalam menentukan eksistensi kesahihannya disamping keterkaitannya pada sanad hadis, juga didapati dalam matan hadis tersebut berbagai kesamaan dalam bentuk makna, walaupun dalam lafaznya ada sedikit perbedaan dalam mengemukakannya. Dalam kritik 25 M. Syuhudi Ismail, Kaedah Kesahihan Sanad, hal Yuslem, Ulumul Hadis, hal Ibid 28 Ibid, hal

10 matan ini juga para ulama hadis akan memberikan penilaian positif dan negative terhadap seorang periwayat dari sela-sela riwayatnya. Akan tetapi Syuhudi Ismail mengatakan bahwa tidak banyak kitab-kitab hadis yang menerangkan langkah-langkah metodologis dalam bentuk penelitian terhadap matan hadis, kerena itu beliau menawarkan langkah-langkah metodologis terhadap kegiatan penelitian matan hadis. 29 Penelitian sebuah hadis terhadap kandungan atau matannya memerlukan pendekatan yang harus disesuaikan dari segi rasio, sejarah, dan prinsip-prinsip pokok ajaran agama Islam, disamping harus menguasai dari segi bahasa dengan baik. Secara umum penelitian tersebut dapat dilakukan dengan menghimpun hadis-hadis yang akan diteliti dengan cara berikut: a- Membandingkan sebuah hadis dengan al-quran, b- Membandingkan Hadis dengan hadis, c- Membandingkan antara hadis dengan peristiwa atau kenyataan sejarah, nalar atau rasio, dan juga dengan yang lainnya. Sehingga dalam melakukan hal tersebut para ulama hadis mengemukakan tujuh kaidah atau alat ukur dalam memperbandingkan antara satu dengan yang lainnya, yaitu: 1. Perbandingan hadis dengan al-quran. 2. Perbandingan beberapa riwayat tentang suatu hadis, yaitu perbandingan antara satu riwayat dengan riwayat lainnya. 3. Perbandingan antara matan suatu hadis dengan hadis yang lain. 4. Perbandingan antara matan suatu hadis dengan berbagai kejadian yang dapat diterima oleh akal sehat, pengamatan panca indera, atau berbagai peristiwa sejarah lainnya. 5. Kritik hadis yang tidak menyerupai kalam Nabi Saw. 6. Kritik hadis yang bertentangan dengan dasar-dasar syari at dan kaidahkaidah yang telah tetap dan baku. 29 M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi saw (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), hal

11 7. Kritik hadis yang mengandung hal-hal yang munkar atau mustahil. 30 Muhammad al-gazali menmbahkan dengan beberapa kriteria terhadap kesahihan sebuah matan yang terdapat dalam hadis dengan menyandarkan perkataan tersebut pada Rasul Saw, yaitu: a. Matan hadis sesuai dengan al-quran. b. Matan hadis sesuai dengan matan hadis sahih yang lain. c. Matan hadis sesuai dengan fakta sejarah. d. Matan hadis sesuai dengan akal. 31 Sebuah hadis yang diteliti tidak boleh bertentangan dengan salah satu daripada yang diuraikan diatas, karena sebagai tolak ukur dalam menentukan kandungan sebuah matan hadis tidak akan pernah bertolak belakang dengan al- Quran, hadis sahih, atau bertentangan dengan sejarah yang ada, akal sehat, begitu juga dengan prinsip-prinsip pokok ajaran agama Islam. Pada dasarnya semua hukum yang ada tidak terlepas penentuannya dari Allah Swt, jadi tidak mungkin pada akal ada dua hukum atau keputusan yang bertentangan dengan satu sumber, kalaupun ada sebuah hukum yang tidak berlaku dengan datangnya hukum yang baru bukan tanpa ada penyebabnya dan dalam ilmu tafsir dinamakan dengan nasikh dan mansukh. Langkah dan Signifikansi Kaedah Kesahihan Sanad dan Matan dalam Studi Kritik Hadis Sebelum mengadakan studi kritik sanad dan matan hadis, terlebih dahulu dilakukan beberapa simulasi sebagai langkah-langkah penulisan dalam mekanisme penelitian, yakni untuk semakin memperjelas materi-materi bahasa berkaitan dengan rumusan-rumusan kaedah yang telah dipaparkan sebelumnya. Simulasi ini dipaparkan dalam tujuh langkah-langkah penerapan, yaitu: 1. Melakukan kegiatan takhrij al-hadis (penelusuran kitab hadis), baik melalui sofwer CD Room atau juga langsung kitab aslinya dengan menelusuri satu persatu. 30 Yuslem, Metodologi..., hal Muhammad al-gazali, Al-Sunnah al-nabawiyah baina Ahl al-fiqh wa ahl al-hadis (Beirut: Dar al-syuruq, 1989), hal

12 2. Menuliskan hadis secara singkat yaitu hanya melampirkan nama perawi pertama (sahabat), kemudian bunyi matan hadis, diikuti dengan terjemahan hadis. 3. Membuat skema sanad hadis, yang terdiri dari bagan kotak yang memuat nama semua rijal al-hadis, dan lafal dari metode-metode periwayatan yang dipakai. Skema ini divisualisasikan berdasarkan teks hadis apa adanya tanpa menambah atau mengurangi. 4. Memulai bagian kritik sanad dengan melampirkan biografi Rijal al-hadis, yang meliputi: a. Identitas perawi yang memuat nama lengkap (ditambah laqab dan kuniyah), tempat lahir/ wafat dan tahun wafat, serta guru dan muridnya. b. Komentar para kritikus hadis berupa penilaian-penilaian yang menggunakan lafal-lafal jarh dan ta dil dari masing-masing kritikus. 5. Menganalisa segala sisi kebersambungan sanad secara umum, ketepatan lafal-lafal jarh dan ta dil yang digunakan dalam menunjukkan sisi keadilan dan ke-dabit-an rijal al-hadis, kemungkinan adanya syaz atau illat, dugaan tadlis dan hal-hal lain yang menunjang analisa penulis. 6. Mengadakan kritik matan, dengan melihat ketepatan dari aspek-aspek controversial (mukhalafah) yang dikandung dalam hadis yang diteliti, terhadap: (a). Alquran, (b). Hadis sahih lain, (c). akal, atau (d). sejarah, tergantung konteks pembicaraan dalam masing-masing hadis. 7. Memberikan kesimpulan dalam bentuk pernyataan yang menunjukkan status kesahihan hadis. 32 Berbagai upaya pemalsuan hadis dianggap sebagai penyebab langsung perlunya melakukan penelusuran keabsahan suatu hadis dengan cara melakukan kritik sanad dan matan hadis. Kenyataan sejarah ini sebenarnya berawal dari berbagai hal-hal penting yang melatarbelakangi munculnya gerakan pemalsuan hadis, maksudnya bahwa kesadaran hadis sebagai salah satu sumber ajaran agama 32 Dirangkum dari analisa Syuhudi Ismail dalam Kaedah Kesahihan Sanad Hadis dan Salahuddin al-adlabi dalam Manhaj Naqd al-matan. 53

13 Islam, problematika penulisan dan pengumpulan hadis, dan sikap toleran dalam hal periwayatan hadis dengan makna. C. Identifikasi Hadis Tentang Isbal Sebelum dilakukan kritik terhadap sanad dan matan Hadis tentang isbal, maka perlu terlebih dahulu dilakukan identifikasi terhadap Hadis-hadis tentang isbal, sebagaimana langkah-langkah yang telah ditetapkan dalam metode Takhrij al-hadis. Sebagaimana telah diketahui bersama bahwa dalam melakukan takhrij para Ulama Hadis telah menguraikan beberapa langkah tentang metode tersebut, diantaranya Mahmud at-tahhan menyebutkan dalam kitabnya Usul at-takhrij wa Dirasat al-asanid yaitu : 1. Takhrij melalui tentang perawi hadis dari lapisan Sahabat (yaitu perawi pertama). 2. Takhrij melalui pengetahuan tentang lafaz pertama dari matan hadis. 3. Takhrij melalu pengetahuan tentang suatu lafaz (yang menonjol atau yang tidak banyak dipergunakan) dari lafaz matan hadis. 4. Takhrij melalui pengetahuan tentang topik-topik hadis. 5. Takhrij melalui pengamatan terhadap sifata-sifat khusus pada sanad dan matan hadis. 33 Dapat juga ditelusuri langkah-langkah takhrij yang diuraikan oleh Abu Muhammad Abd al-mahdi ibn Abd al-qadir ibn Abd al-hadi dalam kitabnya Turuq Takhrij Hadis Rasulillah Sallallahu Alaihi Wasallam, diantaranya adalah; اأ. اب. اصتخرثجامبطلعااحليدث اصتخرثجابأصفاظااحليدث 33 Mahmud Al-Thahhan, Usul at-takhrij wa Dirasat al-asanid (Riyad: Maktabah Al- Ma arif, 1412), hal Dapat juga dilihat Abu Muhammad Abdul Mahdi Ibn Abdul Qadir, Thuruq Takhrij Hadis Rasul saw, Terj. S. Agil Husin Munawwar dan H. Ahmad Rafiqi Muchtar, (Semarang: Dina Utama, 1994), hal. 15. a. Takhrij menurut lafaz pertama matan hadis, b. Takhrij menurut lafaz-lafaz yang terdapat di dalam matan hadis, c. Takhrij menurut perawi pertama, d. Takhrij menurut tema hadis, e. Takhrij menurut klasifikasi status hadis 34 Abu Muhammad Abd al-mahdi ibn Abd al-qadir ibn Abd al-hadi, Turuq Takhrij Hadis Rasulillah Sallallahu Alaihi Wasallam, (Kairo: Dar I tisam, t.t.), hal Ibid., hal

14 38. ا 36 اصتخرثجاباصراوىااألعلى. 37. ات. اث. اج. اصتخرثجامبوضوعااحليدث اصتخرثجابناءاعلىاصفةاىفااحليدث Berikut ini alih bahasa dari lima metode yang diuraikan oleh Muhammad Abd al-mahdi ibn Abd al-qadir ibn Abd al-hadi, yakni: a. Takhrij dengan menggunakan lafaz pertama dalam matan hadis. b. Takhrij dengan menggunakan kata-kata dalam matan hadis. c. Takhrij dengan melalui perawi yang pertama atau tertinggi. d. Takhrij dengan menggunakan topik hadis. e. Takhrij dengan berdasarkan kepada sifat atau status hadis. Abu Seiring dengan metode yang diuraikan oleh Abu Muhammad Abd al- Mahdi, juga diuraikan oleh Nawir Yuslem dalam kitabnya Metodologi Penelitian Hadis disertai dengan (Teori dan Implementasinya dalam Penelitian Hadis). Di sisi lain Syeikh Manna al-qattan menguraikan langkah-langkah dalam men- takhrij hadis menjadi empat metode, diantaranya: 1. Takhrij dengan cara mengetahui perawi hadis dari sahabat, dengan menggunakan bantuan kitab, yakni; Al-Masanid, 39 al-mu jam 40 dan al- Atraf Takhrij dengan cara mengetahui permulaan lafaz dari hadis, dengan menggunakan bantuan kitab-kitab sebagai berikut: a). Kitab-kitab yang berisi tentang hadis-hadis yang dikenal oleh banyak orang, misalnya; Ad-Durar al-muntasirah fi al-ahadis al-musytaharah karya As- Suyuti, Al-Lali al-mansurah fi al-ahadis al-masyhurah karya Ibn Hajar, Al-Maqasid al-hasanah fi Bayani Kasirin min al-ahadis al- 36 Ibid., hal Ibid., hal Ibid., hal Musnad-musnad: Kitab ini menyebutkan atau menguraikan hadis-hadis yang diriwayatkan oleh setiap sahabat secara tersendiri. 40 Mu jam-mu jam: Kitab ini menyebutkan susunan hadis berdasrkan urutan musnad para sahabat atau syuyukh (guru-guru) atau bangsa (tempat asal) sesuai dengan huruf kamus (hijaiyah) 41 Tarf-tarf (bagian, penggalan atau potongan kalimat sebuah hadis): Kitab ini disusun berdasarkn musnad-musnad para sahabatاdengan urutan nama mereka berdasarkan sesuai dengan huruf kamus. 55

15 Musytahirah ala al-alsinah karya As-Sakhawy, Tamyizu at-tayyib min al-khabis fi ma Yaduru ala Al-Sinah an-nas min al-hadis karya Ibn ad-dabi asy-syaibany, Kasyfu al-khafa wa Muzilu al-ilbas amma Isytahara min al-ahadis ala Alsinah an-nas karya Al- Ajluni. b) Kitab-kitab hadis yang disusun berdasarkan urutan huruf kamus, misalnya; Al-Jami u as-saghir min Ahadis al-basyir an-nazir karya As-Suyuti. c) Kitab petunjuk-petunjuk dan indeks yang disusun oleh para ulama untuk kitab-kitab tertentu, misalnya; Miftah as-sahihain karya At-Tauqidi, Miftah at-tartib li Ahadis Tarikh al-khatib karya Ahmad al-ghumari, Al-Bughiyah fi Tartib Ahadis al-khilyah karya Sayyid Abdul aziz ibn al-ghumari, Fihris li Tartib Ahadis Sahih Muslim karya Muhamad Fuad Abd al-baqi, Miftah Muwatta Malik karya Muhamad Fuad Abd al-baqi. 3. Takhrij dengan cara mengetahui kata yang jarang penggunaannya oleh orang dari bagian mana saja dari matan hadis, metode ini dapat dibantu dengan menggunakan kitab al-mu jam al-mufahras li Alfaz al-hadis an-nabawi oleh A. J. Wensinck. 4. Takhrij dengan cara mengetahui topik pembahasan Hadis, metode ini dapat dibantu dengan menggunakan kitab Miftah Kunuz as-sunnah karya Arinjan Vensinkn (seorang Doktor Orientalis Belanda). 42 Demikian juga Ramli Abdul Wahid menguraikan langkah-langkah penelusuran hadis dalam kitabnya Studi Ilmu Hadis, ada lima metode yang dapat dijadikan panduan dalam menelusuri keotentikan suatu hadis, diantaranya: 1. Takhrij melalui periwayatan sahabat. 2. Takhrij melalui permulaan kata matan hadis. 3. Takhrij melalui tema pokok hadis. 4. Takhrij melalui keadaan hadis. 5. Takhrij melalui kata dari matan hadis Mana al-qattan, Mabahis fi Ulum al-hadis, diterjemahkan oleh Mifdhal Abd ar- Rahman, Pengantar Studi Ilmu-ilmu Hadis, (Jakarta: Pustaka al-kausar, 2005), cet. III, hal

16 Untuk lebih jelas tentang kelima langkah takhrij tersebut, di sini penulis akan menguraikan metode-metode tersebut beserta kitab-kitab yang digunakan dalam setiap metodenya. 1. Takhrij Melalui Tentang Perawi Hadis Dari Lapisan Sahabat (Yaitu Perawi Pertama). Langkah pada metode yang pertama ini berlandaskan kepada perawi yang pertama pada suatu hadis, perawi tersebut dari kalangan sahabat, bila sanadnya muttasil sampai kepada Rasul saw., atau dari kalangan Tabi in, apabila hadis tersebut mursal. Para penyusun kitab-kitab takhrij dengan metode ini akan mencantumkan hadis-hadis yang diriwayatkan oleh para perawi pertama tersebut. Oleh karenanya, sebagai langkah pertama dalam metode ini adalah mengenal para perawi pertama dari setiap hadis yang hendak di- takhrij, dan setelah itu barulah mencari nama perawi pertama tersebut dalam kitab-kitab itu, dan selanjutnya mencari hadis yang dimaksud di antara hadis-hadis yang tertera di bawah nama perawi pertama tersebut. Dengan menggunakan metode ini, ada keuntungan sekaligus, yaitu masa proses takhrij dapat diperpendek, karena dengan metode ini dapat diperkenalkan sekaligus para ulama hadis yang meriwayatkannya beserta kitab-kitab yang dipergunakannya. Disamping adanya keunggulan, ada juga kelemahan dari metode ini, yaitu tidak dapat dipergunakan dengan baik, apabila perawi pertama hadis yang hendak diteliti itu tidak diketahui, dan demikian juga merupakan kesulitan tersendiri untuk mencari hadis di antara hadis-hadis yang tertera di bawah setiap perawi pertamanya yang jumlahnya kadang-kadang cukup banyak. 44 Kitab-kitab yang disusun berdasarkan metode ini adalah Kitab al-atraf dan Kitab al-musnad. Adapun Kitab al-atraf adalah kitab yang menghimpun hadis-hadis yang diriwayatkan oleh setiap Sahabat. Penyusunnya hanya menyebutkan beberapa kata atau pengertian dari matan hadis, yang dengannya 43 Ramli Abdul Wahid, Studi Ilmu Hadis, (Bandung: Citapustaka Media, 2005), Cet. I, hal Abdul Mahdi, Turuq Takhrij, hal

17 dapat dipahami hadis yang dimaksud. Sementara dari segi sanad, keseluruhan sanad-sanadnya dikumpulkan. 45 Diantara Kitab al-atraf yang dapat di telusuri adalah; Atraf as-sahihain hasil karya Imam Abu Mas ud Ibrahim ad-dimasyqi (w. 400 H), Atraf al-kutub as-sittah hasil karya Syams ad-din al-maqdisi (w. 507 H) 46 Sedangkan Kitab al-musnad adalah kitab yang disusun berdasarkan perawi teratas, yaitu Sahabat, dan memuat hadis-hadis setiap Sahabat. Kitab ini menyebutkan seorang Sahabat dan di bawah namanya itu dicantumkan hadishadis yang diriwayatkannya dari Rasul saw. beserta pendapat dan tafsirnya. Suatu Kitab al-musnad tidaklah memuat keseluruhan Sahabat; ada di antaranya yang memuat Sahabat dalam jumlah besar dan ada yang memuat Sahabat-sahabat yang memiliki kesamaan dalam hal-hal tertentu, seperti Musnad Sahabat yang sedikit riwayatnya, atau Musnad sepuluh Sahabat yang dijamin masuk surga, atau bahkan ada Musnad yang hanya memuat hadis-hadis dari satu orang Sahabat, yaitu seperti Musnad Abu Bakr. Diantara hadis-hadis yang terdapat dalam Kitab al-musnad tidak diatur menurut suatu aturan apa pun dan tidak memiliki nilai atau tidak memiliki kualitas yang sama. Dengan demikian, di dalam Musnad terdapat hadis-hadis yang sahih, hasan dan ataupun yang da if, dan masing-masing tidak terpisah antara yang satu dengan yang lainnya tetapi dikumpulkan menjadi satu. Di antara contoh Kitab al- Musnad tersebut adalah Kitab al-musnad Imam Ahmad ibn Hanbal. 47 Di sis lain Kitab al-musnad ini memiliki kelebihan tersendiri, yakni kitab ini mencakup hadis-hadis dalam jumlah yang sangat banyak, memiliki nilai kebenaran yang lebih banyak dari yang lainnya, serta mencakup hadis-hadis dan asar-asar yang tidak terdapat di alam kitab yang lain selain dalam kitab ini. Selain memiliki kelebihan, kitab ini juga memiliki kekurangan-kekurangan seperti; tanpa mengetahui nama Sahabat tidaklah mungkin seorang mukharrij sampai kepada hadis yang dituju, untuk mengetahui hadis maudu mengharuskan seorang peneliti 45 Ibid., hal Nawir Yuslem, Metodologi Penelitian Hadis (Teori dan Implementasinya dalam Penelitian Hadis), (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2008), hal Abdul Mahdi, Turuq Takhrij, hal

18 membaca Kitab al-musnad secara keseluruhannya, dan berdasarkan segi tata letaknya yang sedemikian rupa akan mengakibatkan tidak efisien menggunakan metode ini. 48 Jika demikian halnya maka dapat pula menggunakan langkah takhrij yang berikutnya. 2. Takhrij Melalui Pengetahuan Tentang Lafaz Pertama Dari Matan Hadis. Langkah yang kedua ini sangat tergantung kepada lafaz pertama matan hadis. Penelusuran hadis dengan menggunakan metode ini akan dikodifikasikan berdasarkan lafaz pertamanya menurut urutan huruf hijaiyah, seperti hadis-hadis yang huruf dan lafaz pertamanya alif, ba, ta, dan seterusnya. Seorang mukharrij yang menggunakan metode ini haruslah terlebih dahulu mengetahui secara pasti lafaz pertama dari hadis yang akan di-takhrij-nya, setelah itu barulah ia melihat huruf pertamanya pada kitab-kitab takhrij yang disusun berdasarkan meode ini, seperti huruf pertama, huruf kedua, ketiga, dan seterusnya. Metode ini mempunyai kelebihan dalam hal memberikan kemungkinan yang besar bagi seorang mukharrij untuk menemukan hadis-hadis yang sedang dicari dengan cepat. Namun disisi lain ada juga kelemahan dari metode ini, yakni apabila terdapat kelainan atau perbedaan lafaz pertamanya sedikit saja, maka akan sangat sulit untuk menemukan hadis yang dimaksud, maka dari itu sebelum menelusuri hadis yang dimaksud, bagi mukharrij harus lebih selektif dan waspada dalam melihat lafaz pertama matan agar tidak keliru dalam menemukan hadis yang dimaksud. Ada beberapa kitab yang menggunakan metode ini, di antaranya adalah; a. Al-Jami as-saghir min Hadis al-basyir an-nazir, karya As-Suyuti (w. 911 H). b. Al-Fath al-kabir fi Damm az-ziyadat ila al-jami as-saghir, karya As- Suyuti (w. 911 H). 48 Ibid., hal

19 c. Jam al-jawami aw al-jami al-kabir, juga karya Suyuti (w. 911 H). d. Al-Jami al-azhar min Hadis an-nabi al-anwar, karya Al-Manawi (w H) e. Hidayat al-bari ila Tartib Ahadis al-bukhari, karya Abd al-rahim ibn Anbar at-tahawi (w. 1365). f. Mu jam Jami al-usul fi Ahadis ar-rasul, karya Imam al-mubarak ibn Muhammad ibn al-asir al-jazari. Namun bila mukharrij menghadapi kesulitan dalam menggunakan metode tersebut di atas, maka dapat menggunakan langkah yang berikutnya. 3. Takhrij Melalu Pengetahuan Tentang Suatu Lafaz/ Kata (Yang Menonjol Atau Yang Tidak Banyak Dipergunakan) Dari Lafaz Matan Hadis. Metode ini menggunakan langkah yang berdasarkan pada penggalan lafaz atau kata-kata yang terdapat dalam matan hadis, baik berupa isim (nama benda) atau fi il (kata kerja). Hadis-hadis yang dicantumkan merupakan potongan atau bagian dari hadis, dan para ulama yang meriwayatkannya beserta nama kitab-kitab induk hadis yang dikarang mereka, dicantumkan di bawah potongan hadis-hadis tersebut. Penggunaan metode ini akan lebih mudah bila menitikberatkan pencarian hadis berdasarkan lafaz-lafaznya yang asing dan jarang penggunaannya, sehingga dapat dilihat beberapa keistimewaan metode ini, di antaranya; a. Metode ini mempercepat pencarian hadis. b. Para penyusun kitab-kitab takhrij dengan metode ini membatasi hadishadisnya dalam beberapa kitab induk dengan menyebutkan nama kitab, juz, bab, dan halaman. c. Memungkinkan pencarian hadis melalui kata-kata apa saja yang terdapat dalam matan hadis. Selain memiliki keistimewaan, di sisi lain metode ini juga memiliki kelemahan, diantaranya adalah; 60

20 a. Adanya keharusan memiliki kemampuan dalam bahasa Arab beserta perangkat ilmunya secara memadai, karena metode ini menuntut untuk mempu mengembalikan setiap kata kuncinya kepada kata dasarnya. Seperti kata muta ammidan (متعميدا) mengharuskan mencarinya melalui kata amida. )عمد ) b. Metode ini tidak menyebutkan perawi dari kalangan Sahabat yang menerima hadis dari Rasul saw. karenanya untuk mengetahui nama Sahabat, harus kembali kepada kitab-kitab aslinya setelah men-takhrij-nya dengan kitab ini. c. Terkadang suatu hadis tidak didapatkan dengan satu kata sehingga orang yang mencarinya harus mengunakan kata-kata lain. 49 Dari kelebihan dan kelemahan metode ini, maka dikembalikan kepada masing-masing mukharrij untuk menimbang plus dan minus metode tersebut, karena itu merupakan suatu hal yang relatif dalam suatu teori, di mana ada keunggulan disitu juga ada kekurangan. Wallahu a lam bi ash-shawab. Kitab yang masyhur dan sering dipergunakan dalam metode ini adalah kitab al-mu jam al-mufahras li Alfaz al-hadis an-nabawi oleh A. J. Wensinck 50 dan Muhammad Fu ad Abd al-baqi. Sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya, bahwa kitab ini mengumpulkan hadis-hadis yang terdapat di dalam sembilan kitab induk hadis, yaitu; 1) Sahih al-bukhari, 2) Sahih Muslim, 3) Sunan at-tirmizi, 4) Sunan Abu Daud, 5) Sunan an-nasa I, 6) Sunan Ibn Majah, 7) Sunan ad-darimi, 8) Muwatta Imam Malik, 9) Musnad Imam Ahmad. 51 Dalam kitab al-mu jam ini penempatan kata kerja sesuai dengan urutan huruf-huruf hijaiyah, yaitu alif, ba, ta, dan seterusnya. Mengiringi setiap hadis 49 Ibid., hal Nama lengkapnya adalah Dr. Arnold John Wensinck, wafat pada tahun 1939 M, seorang orientalis juga profesor bahasa-bahsa Semit, termasuk bahasa Arab, di Universitas Leiden, Neg7eri Belanda. Terdiri atas juz, terbit pertama juz I pada tahun 1936, juz II tahun 1943, juz III tahun 1955, juz IV tahun 1962, juz V tahun 1965, juz VI tahun 1967, juz VII tahun Total memakan waktu 33 tahun. 51 Nawir Yuslem, Metodologi Penelitian Hadis, hal

21 dicantumkan nama-nama ulama yang meriwayatkannya di dalam kitab-kitab hadis hasil karya mereka. Selain itu, juga dicantumkan nama kitab dan babnya, atau nama kitab dan nomor hadisnya, atau juz kitab dan nomor halamannya. Demikian juga penyusunannya, dalam rangka efisiensi adalah dengan menggunakan kodekode tertentu untuk setiap kitab-kitab hadis, dan penjelasan kode-kode tersebut dicantumkan pada bagian dasar (bawah) dari setiap dua halamannya. Kode atau lambang-lambang lafaz yang digunakan tersebut dapat dilihat pada tabel ini, berikut nama-nama kitab yang ditunjuk, sebagaimana yang telah diuraikan oleh Muhammad Syuhudi Isma il dalam kitabnya Cara Praktis Mencari Hadis. 52 No Lambang yang dipakai Nama kitab yang ditunjuk صيح ااصبخاري خ 1 صيح امسلم م 2 سنناأىباداود د 3 سننااصرتمذى ت 4 سننااصنسائ ن 5 جها ق/ا 6 سنناابناماجها )سنناابناماجهااصقزوثىن( سننااصيدارمى دى 7 موطأاماصك طا 8 حما /احل 9 مسنيداأمحيدا )مسنيداأمحيداابناحنبل( Lafaz-lafaz hadis yang ingin ditelusuri tersusun rapi dalam kitab al- Mu jam mirip sebagaimana kata-kata yang tersusun dalam kamus-kamus bahasa 52 Muhammad Syuhudi Isma il, Cara Praktis Mencari Hadis, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1999), cet. II, hal

22 lainnya. Disamping itu juga Syuhudi Isma il menguraikan beberapa lafaz yang tidak termuat sebagai pokok petunjuk lafaz matan hadis dalam kitab al-mu jam tersebut, sebagaimana berikut ini; ا dan ىىف اع ل ى اأ م ام اف و ق seperti: a. Beberapa jenis dari al-harf / al-ahruf, ع ن ا ا ه و اأ ن ت م ا ن ن اأ ن ا seperti: b. Beberapa jenis dari damir (kata ganti orang), ا ك ا dan ه م ا اك م ا ا c. Bebrapa nama orang dan selain orang, misalnya nama orang selain berikut ع ب يد اا ى للا ا dan ا أ م اس ل م ة اأ ب واه ر ث ر ة ا ini: d. Beberapa kata kerja yang sering dipergunakan dalam percakapan, seperti: 53.ج katanya. Dengan segala perubahan bentuk اء dan ق ال ا اك ان ا ا Namun sekiranya ada lafaz matan hadis yang dicari mengandung lafaz, ىىف اب ح و ت ى ك م mislnya; penjelasan. tidak termasuk dalam ك م ا dan ى ىفا sedangkan lafaz,ب ح و ى تا, maka yang diterangkan dalam kitab al-mu jam adalah lafaz Selanjutnya, sebagai cara untuk menggunakan lafaz dan maksud kode atau lambang yang ditunjuk dalam kitab al-mu jam, maka yang perlu diperhatikan terlebih dahulu adalah bilamana lafaz yang dimaksud bukanlah kata asal maka haruslah dikembalikan dalam bentuk kata asalnya. Sebagai contoh: kata ت س بىل ا atau ب ل ا,أس maka kata ini terlebih dahulu dikembalikan kepada kata asalnya, yakni س ا ب ل ا. Dalam kitab al-mu jam yang ت س بىل ا ditelusuri. Dengan demikian, lafaz أس ب ل ا atau ت س بىل ا lalu lafaz,س ب ل ا memuat 53 Muhammad Syuhudi Isma il, Cara Praktis Mencari Hadis, hal

23 اا أ - ات ا tidak ditelusuri pada juz yang memuat huruf أس ب ل ا atau pada juz I, tetapi اا ditelusuri pada juz II yang memuat huruf س ا sebagai awal asal kata. Setelah kata diperoleh, maka perlu ditelusuri lafaz matan yang terkandung أس ب ل ا atau ت س بىل ا dalam susunannya tersebut. Selanjutnya dalam penggalan matan yang telah didapatkan akan tercantum lambang-lambang sebagai petunjuk tentang letak matan tersebut. Untuk sekedar memahami pengertian atau maksud dari lambang-lambang yang dipakai dalam kitab al-mu jam tersebut, berikut ini penulis kemukakan contoh-contoh dan berikut pengertiannya masing-masing: No Lafaz Lambang/ Kode Pengertian atau maksud dari kodenya Matan 1 جر إزار خحالء وطئ 2 جر إزار خاصباسا ١ ٥ ٢**. صباس ٢٢ **٥ افضائلا اصحيابةا ٥ **ا ""ااااااااا""ا صباسا ١١ ما صباس ٢٤ ٢٤ **٢٢ * **٢٤ * صباس ٢٤ **٢٤ ٢٥ * * Hadis tersebut terdapat dalam Sahih al- Bukhari, kitab صباس nomor urut bab: 1, 2, dan 5**. Pada kitab افضائل ااصحيابة nomor urut bab 5**. Demikian juga kitab صباس nomor urut bab: 91. Hadis tersebut tercantum dalam Sahih Muslim, kitab صباس nomor urut hadis: 42**, 43, 45, 46**, dan 48**. 3 د اصالة ا ٤١ ** أسبل ٤٢** Hadis tersebut tercantum dalam Sunan Abi Daud, kitab صالة nomor urut bab: 81** dan 64

24 صالةا** ٤١ إزار جر خحالء **٤٢ صباسا ٢٢** **٢٥ صباسا ٢٥ ** 82**. Demikian juga kitab صباس nomor urut bab: 25** dan 27**. 4 جر تاصباسا ٤ ١ at- Hadis tersebut tercantum dalam Sunan Turmuzi, kitab صباس nomor urut bab: 8 dan 9. 5 زثنة جير ن ١٢٥ ١٢٢ ١٢١ Hadis tersebut tercantum dalam Sunan an- Nas i, kitab زثنة nomor urut bab:101, 104, dan جهاصباسا ١ **٤ جر جهاصباسا ٢ **٤ إزار Hadis tersebut tercantum dalam Sunan Ibn Majah, kitab صباس ا nomor urut bab: 6**, 7 dan 9. 7 ad- Hadis tersebut tercantum dalam Sunan دىاصالةا ٤ جير Darimi, kitab صالةا nomor urut bab: 3. 8 جر إزار 9 أسبل جر ٢١٢ طاصبسا ١٢** ١ طاصبسا ١٢** ١٢ ٢٤٢ ٥ ١٢ ٤٢ ٢٢ ٢ حم ا ٢ ٢٢٢ ٤ ا حم ** ٢٢ ٢٤ ٥٥ ٥٤ ٤٢ ٤٥ ٤٢ ٤١ ٢٢ ٢٤ ٤١ ٤٤٤ Hadis tersebut tercantum dalam Muatta Malik, kitab صبس ا nomor urut hadis: 9, 10, san 12**. Hadis tersebut tercantum dalam Musnad Ahmad ibn Hanbal, Juz: II, halaman 267, dan 492. Juz: IV, halaman 200. Demikian juga terdapat pada Juz: II, halaman 5, 10, 32, 42, 44, 46**, 55, 56, 60, 65, 67, 69, 74, 76, 81, 386**, 397**, 409**, 430**, 454**, 467**, dan 479**. Juz: III, halaman 65

25 ا إزار خحالء وطئ ٤١٢ ٢٢١ ٢٤٢ ٢٥٢ ٣ ٢٤٢ ٢٢١ ٥ ٢٢ ١٢ حم ٢ ٤١ ٤٤ ٤٥ ١٢ ٢٥ ٤١٢ ٤٤٤ ١٢٢ ١٤١ ٢٥٢ ٢٤٢ ٢٢١-٢٢١ ٢٤٢ ٢٢٢ ٦-٢٢ ٥ ٣ حم ا ٢٤٢ ٣ **.**٢٤٤ **٢٤٢ ٤ "ااااا"اااااا"اااااا" 5**, 44**, dan 97. Demikian juga terdapat pada Juz: II, halaman 10, 45, 65, 66, 69, 131, 147, 386**, 397**, 409**, 430**, 454**, 467**, dan 479**. Juz: III, halaman 5**, 44**, dan Juz VI, halaman 200. Demikian juga pada Juz: III, halaman 437**. Juz: IV, 237**, dan 238. Dari ilustrasi kolom di atas, baik dari lambang dan pengertiannya dapat dinyatakan bahwa: 1. Semua angka sesudah nama kitab (dalam bagian) atau bab pada Sahih al- Bukhari, Sunan Abi Daud, Sunan at-turmuzi, Sunan an-nasa i, Suanan Ibn Majah, dan Sunan ad-darimi menunjukkan angka urut bab, bukan pula angka urut hadis dalam bab. 2. Semua angka sesudah nama kitab (dalam bagian) atau bab pada Sahih Muslim dan Muatta Malik, menunjukkan angka urut hadis, bukan pula angka urut bab. 3. Pada Musnad Ahmad Ibn Hanbal terdapat dua macam angka, yakni angka yang bentuknya agak lebih besar atau tebal menunjukkan angka juz kitab, sedangkan angka yang ukuran biasa menunjukkan angka halaman. Hadis yang ditunjuk dalam Musnad Ahmad Ibn Hanbal ini berada dalam kotak, bukan yang berada di catatan pinggir. 66

26 4. Sedangkan lambang dua bintang (**) memberi penjelasan bahwa hadis yang disebutkan oleh kitab, datanya diikuti oleh dua bintang berarti tercantum lebih dari satu kali. 54 Sehingga dari uraian kolom di atas dapat dicari dan ditelusuri dengan ج ر ا _ا و ى طئ ا _ أ س ب ل ا menggunakan kata yang mana penggalan kata ا إا ز اراا_اخا اح ال اءا_ا ini berkaitan dengan pembahasan isbal. Kata أ س ب ل ا atau ب ل ا) (س dapat dicari di kitab al-mu jam al-mufahras yang memuat huruf Sin yakni juz II halaman 404, kemudian kata و ى طئ ا dicari pada kitab yang memuat huruf Waw yakni juz VII halaman selanjutnya kata ج ر ا dicari pada kitab yang memuat huruf Jim yakni juz I halaman 331, dapat juga ditelusuri dari kata ا خا اح ال اا اء memuat huruf Kha yakni juz II halaman 105, demikian juga kata yang memuat huruf Alif yakni juz I halaman 60. pada kitab yang pada kitab إا ز اراا Setelah masing-masing juz tersebut ditelusuri, maka untuk tiap-tiap penggalan matan yang dimaksud, ternyata data yang disajikan oleh kitab al- Mu jam al-mufahras adalah sebagai berikut: Juz Lafaz Halaman Lambang-lambang yang Jumlah Kitab Matan dikemukakan Hadis I ج ر ا خاصباسا ١ ٥ ٢**. فضائلااصحيابةا ٥ **. م 331 صباس ٢٤ ٢٤ ٢٤ **٢٢. د اصباس ا ٢٥ ٢٢. تاصباس ا ٤ ١. ن زثنة ١٢١ ١٢٢ ١٢٥. جها صباس ا ٤ ١. دىاصالة ا ٤. طاصبس ا ١ ١٢. حما ** ٥ ١٢ ٤٢ ٢٢ ٢٢ ٢ ٢٤ ٥٥ ٥٤ ٤٢ ٤٥ ٤٢ ٤١ ٢٢ ٢٤ ٤ ١ ٤٤٤ ٤١٢ ٢٢١ ٢٤٢ ٢٥٢ ٢٤٢ ٢٢١ ٥ ٢٢ ١٢ ٣ Ibid., hal

27 ا I ح ال ء 501 خ فضائل ااصحيابة ا ٥ **. د صباس ا ٢٥ **. حما خ.٢٤٤ **٢٤٢ ٤ **٢٤٢ ٣ 1 II /أ س ب ل ا س ب ل ا دا اصالة ا ٤١ ٤٢. حم ا ٢ 404 ٢١٢ ٢٤٢ ٢٢٢ ٤ 1 4 خاصباسا ١١. حم ٢٤٢ ٣ 251 ٢٤٢ ٢٤٤ ٤ ى طئ ا VII و صباس ٢٢ **٥ خ ا 60 إزار I افضائل ااصحيابة ا ٥ **. م صباس ٢٤** **٢٤ ٢٥. د صالة ا** ٤١ ٤٢**. جه اصباس ا ٢ **٤. ط اصبس ا ١٢ - ** ١٢.حم ٢ ٤٤٤ ١٢٢ ١٤١ ٤١ ٤٤ ٤٥ ١٢ ٢٥-٢٢١ ٢٤٢ ٢٥٢ ٢٤٢ ٢٢١ ٤١٢ ٢٢٢ ٦-٢٢ ٥ ٣ 92 Jumlahا Hadis secara keseluruhan 88 Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa informasi tentang data suatu matan hadis tertentu akan lebih lengkap, apabila lafaz atau kata yang ditelusuri dari matan hadis tersebut banyak. Namun jika penelusuran hanya dengan mengandalkan satu kata saja, maka akan menjadikan informasi yang diperolehnya sedikit dan tidak memiliki bahan perbandingan. Selain menggunakan metode di atas, ada juga metode lain yang dapat digunakan, sebagaimana pada metode yang berikut ini. 4. Takhrij Melalui Pengetahuan Tentang Tema Atau Topik Hadis. Penggunaan metode ini berdasarkan pada tema atau topik dari suatu hadis. Maka dari itu untuk melakukan takhrij dengan metode ini, perlu terlebih dahulu 68

28 disimpulkan tema dari suatu hadis yang akan di- takhrij, selanjutnya dilakukan penelusuran melalui tema itu pada kitab yang disusun menggunakan metode tersebut. Namun sering kali suatu hadis memiliki lebih dari satu tema atau topik. Dalam kasus seperti ini, seorang mukharrij harus mencarinya pada tema atau topik yang mungkin dikandung oleh hadis tersebut. Sebagai contoh dapat dilihat pada matan hadis berikut ini: الاا ث ن ظ ر ااصل ه اإىىل ام ن اج ر اث و ب ه اخ ح ال ءا Allah tidak akan melihat kepada orang yang menjulur-julurkan pakaiannya karena sombong Jika ditinjau dari redaksi hadis, maka tema atau topiknya dapat,فضائل ااصحيابة,صباس digolongkan kepada beberapa hal, diantaranya; mengenai Berdasarkan tema-tema yang telah digolongkan, maka hadis tersebut.صالة,زثنة dicari dalam kitab-kitab hadis yang membahas hal yang telah digolongkan itu. Dari keterangan ini, telah jelas bahwa takhrij dengan menggunakan metode ini sangat tergantung kepada pengenalan terhadap tema hadis, sehingga apabila tema dari suatu hadis tidak diketahui, maka akan sulit bagi mukharrij dalam menggunakan metode ini. Di antara keistimewaan metode ini adalah; bahwa metode ini menuntut pengetahuan akan kandungan hadis, tanpa memerlukan pengetahuan tentang lafaz pertamanya, pengetahuan bahasa Arab dengan perubahan asal katanya, atau pengetahuan lainnya. Metode ini juga mendidik ketajaman pemahaman hadis pada diri peneliti, memperkenalkan kepadanya maksud hadis yang dicari dan hadishadis yang senada dengannya. Namun disisi lain, metode ini juga tidak luput dari berbagai kekurangan, terutama apabila kandungan hadis sulit untuk disimpulkan oleh seorang peneliti, maka ia tidak dapat menentukan temanya, sehingga metode ini sulit baginya untuk diterapkan. Demikian juga, apabila pemahaman mukharrij tidak sesuai dengan pemahaman penyusun kitab, maka besar kemungkinan dia akan mencari hadis 69

29 pada tempat yang salah. Umpamanya, hadis yang semula disimpulkan oleh mukharrij sebagai hadis tentang perang, ternyata oleh penyusun kitab diletakkan pada hadis tafsir. 55 Berikut ini beberapa karya tulis yang disusun berdasarkan metode yang tersebut di atas, diantaranya adalah: 1. Kanz al-ummal fi Sunan al-aqwal wa al-af al, oleh Al-Muttaqi al-hindi. 2. Miftah kunuz as-sunnah, oleh A.J. Wensinck. 3. Nasb ar-rayah fi Takhrij Ahadis al-hidayah, oleh Az-Zayla i. 4. Ad-Dariyah fi Takhrij Ahadis al-hidayah, oleh Ibn Hajar. Dan kitab-kitab lain yang disusun berdasarkan tema-tema tertentu dalam bidang fiqh, hukum, targhib dan tarhib, tafsir, serta sejarah. 56 Namun, bila mukharrij mengalami kesulitan dalam menggunakan metode tersebut, dapat juga menggunakan metode yang di bawah berikut ini. 5. Takhrij Melalui Pengamatan Terhadap Sifat-Sifat Khusus Atau Status Pada Sanad Dan Matan Hadis. Penggunaan metode ini memperkenalkan tentang suatu upaya baru yang telah dilakukan oleh para ulama hadis dalam menyusun hadis-hadis, yaitu penghimpuan hadis berdasarkan statusnya. Karya-karya tersebut sangat membantu dalam pencarian atau penelusuran hadis berdasarkan statusnya, seperti hadis-hadis Qudsi, hadis Masyhur, hadis Mursal, hadis Da if, dan yang lainnya. Seorang peneliti hadis, dengan membuka kitab-kitab seperti diatas, dia telah melakukan takhrij al-hadis. Keutamaan dari metode ini adalah dapat dilihat dari segi mudahnya proses takhrij. Hal ini karena sebagian besar hadis-hadis yang dimuat dalam kitab ini sangat sedikit, sehingga tidak memerlukan upaya yang rumit. Namun, karena cakupannya sangat terbatas, dengan sedikitnya hadis-hadis yang dimuat dalam karya-karya yang sejenis, maka hal ini sekaligus merupakan kelemahan dari metode ini Abdul Mahdi, Turuq Takhrij, hal Ibid,. hal Ibid,. hal

BAB IV MUSNAD AL-SHĀFI Ī DALAM KATEGORISASI KITAB HADIS STANDAR. Ulama hadis dalam menentukan kitab-kitab hadis standar tidak membuat

BAB IV MUSNAD AL-SHĀFI Ī DALAM KATEGORISASI KITAB HADIS STANDAR. Ulama hadis dalam menentukan kitab-kitab hadis standar tidak membuat BAB IV MUSNAD AL-SHĀFI Ī DALAM KATEGORISASI KITAB HADIS STANDAR Ulama hadis dalam menentukan kitab-kitab hadis standar tidak membuat kriteria-kriteria yang baku. Mungkin salah satu faktornya, karena ulama

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan paparan bab-bab sebelumnya dapat disimpulkan sebagai

BAB V PENUTUP. Berdasarkan paparan bab-bab sebelumnya dapat disimpulkan sebagai BAB V PENUTUP A. Kesimpulan berikut: Berdasarkan paparan bab-bab sebelumnya dapat disimpulkan sebagai 1. Manhaj Ibn al-jawzi dalam menentukan kepalsuan hadis dalam kitab al- Mawd{u< a

Lebih terperinci

Sunnah menurut bahasa berarti: Sunnah menurut istilah: Ahli Hadis: Ahli Fiqh:

Sunnah menurut bahasa berarti: Sunnah menurut istilah: Ahli Hadis: Ahli Fiqh: AL-HADIS KOMPETENSI DASAR: Menganalisis kedudukan dan fungsi al-hadis dalam agama Islam. Mengidentifikasi berbagai karakteristik yang berkaitan dengan al-hadis INDIKATOR: Mendeskripsikan kedudukan dan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Al-Quran al-karim, Departemen Agama Republik Indonesia, Jakarta: Lubuk Agung, 5 Juli 1989.

DAFTAR PUSTAKA. Al-Quran al-karim, Departemen Agama Republik Indonesia, Jakarta: Lubuk Agung, 5 Juli 1989. DAFTAR PUSTAKA Al-Quran al-karim, Departemen Agama Republik Indonesia, Jakarta: Lubuk Agung, 5 Juli 1989. Abadi. Abi Abd ar-rahman Syarf al-haq Muhammad Asyraf as-siddiqy al- Azim, Aun al- Ma bud Syarh

Lebih terperinci

احلديث الصحيح ىو مااتصل سنده باالعدل الضابط من غري شاذ وال علة

احلديث الصحيح ىو مااتصل سنده باالعدل الضابط من غري شاذ وال علة 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN SANAD DAN MATAN Hadis Rasul saw. merupakan sumber kedua setelah Alquran dalam penjelasan hukum, baik dalam segi ibadah, mu amalah dan yang lain. Hadis juga berfungsi sebagai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HADIS SUGUHAN KELUARGA MAYAT. sanad. Adapun kritik sanadnya, antara lain sebagai berikut:

BAB IV ANALISIS HADIS SUGUHAN KELUARGA MAYAT. sanad. Adapun kritik sanadnya, antara lain sebagai berikut: BAB IV ANALISIS HADIS SUGUHAN KELUARGA MAYAT A. Kualitas Sanad Hadis Untuk mengetahui kualitas sanad, maka penulis akan melakukan kritik sanad. Adapun kritik sanadnya, antara lain sebagai berikut: Hadis

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Abu Dawud, Sulaiman bin al-asy as al-sijistani H. Sunan Abu Dawud. Beirut: Dar Ibn Hazm. Juz III.

DAFTAR PUSTAKA. Abu Dawud, Sulaiman bin al-asy as al-sijistani H. Sunan Abu Dawud. Beirut: Dar Ibn Hazm. Juz III. DAFTAR PUSTAKA Abu Dawud, Sulaiman bin al-asy as al-sijistani. 1998 H. Sunan Abu Dawud. Beirut: Dar Ibn Hazm. Juz III.. Juz IV Al- Asqalani, Ahmad bin Ali bin Hajar. t.t. Tahzib al-tahzib. t.t.p: Dar al-

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di 11-06-2017 16 Ramadhan Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Fiqh Tadarus Al Qur an Al-Bukhari 4635-4637, 4643, 4644 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap sampel sanad hadis,

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap sampel sanad hadis, BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap sampel sanad hadis, sebagaimana yang telah dideskripsikan di dalam Bab III dan Bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai

Lebih terperinci

2. Perawi harus adil. Artinya, perawi tersebut tidak menjalankan kefasikan, dosa-dosa, perbuatan dan perkataan yang hina.

2. Perawi harus adil. Artinya, perawi tersebut tidak menjalankan kefasikan, dosa-dosa, perbuatan dan perkataan yang hina. Istilah-istilah dalam hadits Sanad: Jalan menuju lafadh hadits. Misalnya, A meriwayatkan hadits dari B, ia meriwayatkan hadits dari C, ia meriwayatkan hadits dari Nabi shallallahu alaihi wasallam. Jalan

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Yang Diizinkan Tidak Berpuasa

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Yang Diizinkan Tidak Berpuasa 05-06-2017 10 Ramadhan Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Yang Diizinkan Tidak Berpuasa Al-Bukhari 1811, 1812 Tirmidzi 648, 649 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan 30-05-2017 Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Fiqh Tarawih Al-Bukhari 1869-1873 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Donasi Pusat Kajian Hadis Salurkan sedekah jariyah Anda untuk

Lebih terperinci

Workshop Penulisan Makalah Pesantren PERSIS Bangil Tahun

Workshop Penulisan Makalah Pesantren PERSIS Bangil Tahun Workshop Penulisan Makalah Pesantren PERSIS Bangil Tahun 2010-2011 Pengenalan Penelitian Ilmiah (Al-Bahts Al-Ilmy) adalah usaha ilmiah yang melibatkan proses pengumpulan semua informasi yang memenuhi unsur-unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai sumber ajaran Islam yang kedua setelah al-qur a>n, hadis memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai sumber ajaran Islam yang kedua setelah al-qur a>n, hadis memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai sumber ajaran Islam yang kedua setelah al-qur a>n, hadis memiliki fungsi yang terkait dengan al-qur a>n itu sendiri, yaitu sebagai penjelas dari al-

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan 04-06-2017 Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Puasa Buat Orang Yang Berpergian Al-Bukhari 1805, 1806, 1807, 1808, 1810 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Donasi Pusat Kajian Hadis

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN WASIAT DENGAN KADAR LEBIH DARI 1/3 HARTA WARISAN KEPADA ANAK ANGKAT

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN WASIAT DENGAN KADAR LEBIH DARI 1/3 HARTA WARISAN KEPADA ANAK ANGKAT BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN WASIAT DENGAN KADAR LEBIH DARI 1/3 HARTA WARISAN KEPADA ANAK ANGKAT A. Analisis Terhadap Pemberian Wasiat Dengan Kadar Lebih Dari 1/3 Harta Warisan Kepada

Lebih terperinci

KUNCI MENGENAL ISLAM LEBIH DALAM

KUNCI MENGENAL ISLAM LEBIH DALAM MODUL PENGENALAN KAIDAH BAHASA ARAB DASAR BAHASA ARAB KUNCI MENGENAL ISLAM LEBIH DALAM Diterbitkan oleh: MA HAD UMAR BIN KHATTAB YOGYAKARTA bekerjasama dengan RADIO MUSLIM YOGYAKARTA 1 ال م ف ر د ات (Kosakata)

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan 29-05-2017 Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Fiqh Iftor Al-Bukhari 1818-1822 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Donasi Pusat Kajian Hadis Salurkan sedekah jariyah Anda untuk membantu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ajaran yang sangat sempurna dan memuat berbagai aspek-aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. ajaran yang sangat sempurna dan memuat berbagai aspek-aspek kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai agama pembawa rahmat bagi seluruh alam, Islam hadir dengan ajaran yang sangat sempurna dan memuat berbagai aspek-aspek kehidupan manusia. Islam tidak

Lebih terperinci

Derajat Hadits Puasa TARWIYAH

Derajat Hadits Puasa TARWIYAH Derajat Hadits Puasa TARWIYAH حفظو هللا Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat Publication : 1436 H_2015 M Shahih dan Dha'if Hadits Puasa Enam Hari Bulan Syawwal Sumber : www.almanhaj.or.id yang menyalinnya

Lebih terperinci

Pengertian Istilah Hadis dan Fungsi Hadis

Pengertian Istilah Hadis dan Fungsi Hadis Pertemuan ke-2 U L U M U L H A D I S Pengertian Istilah Hadis dan Fungsi Hadis Ainol Yaqin Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten Outline Pengertian Istilah : Hadis, Sunnah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. inilah yang dikatakan Agama, diputuskan oleh akal dan logika dan dibenarkan

BAB I PENDAHULUAN. inilah yang dikatakan Agama, diputuskan oleh akal dan logika dan dibenarkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia merupakan eksistensi dan wujud riil yang dialami manusia, yaitu kehidupan yang kita alami sekarang atau kehidupan yang dekat. sedang akhirat, kehidupan

Lebih terperinci

HADITS SUMBER AJARAN ISLAM KEDUA. Oleh Drs. H. Aceng Kosasih, M. Ag

HADITS SUMBER AJARAN ISLAM KEDUA. Oleh Drs. H. Aceng Kosasih, M. Ag HADITS SUMBER AJARAN ISLAM KEDUA Oleh Drs. H. Aceng Kosasih, M. Ag Pengertian Hadits : Menurut bahasa artinya baru atau kabar. Menurut istilah adalah sesuatu yang disandarkan kepada Nabi saw. baik berupa

Lebih terperinci

Syarah Istighfar dan Taubat

Syarah Istighfar dan Taubat Syarah Istighfar dan Taubat Publication : 1438 H_2017 M SYARAH ISTIGHFAR DAN TAUBAT Disalin dari: Syarah Do'a dan Dzikir Hishnul Muslim oleh Madji bin Abdul Wahhab Ahmad, dengan koreksian Syaikh Dr. Sa'id

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Mengganti Puasa Yang Ditinggalkan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Mengganti Puasa Yang Ditinggalkan 06-06-2017 11 Ramadhan Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Mengganti Puasa Yang Ditinggalkan Al-Bukhari 1814, 1815 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat

Lebih terperinci

Manzhumah Al-Baiquniyyah: Matan dan Terjemah Pustakasyabab.blogspot.com

Manzhumah Al-Baiquniyyah: Matan dan Terjemah Pustakasyabab.blogspot.com 0 Judul Asli: ح ا ث يم ي ح ا ظ Penulis: )أ ع ( ػ ش ت ذ ذ ت فر ح ا ثيم ي ا ذ شمي ا شافؼي ذ )ا ر ف : 1080 ( Penerbit Asli: داس ا غ ي شش ا ر صيغ الطبعة األولى 1420 ه - 1999 م Edisi Terjemah: Manzhumah al-baiquniyyah:

Lebih terperinci

(الإندونيسية بالغة) Wara' Sifat

(الإندونيسية بالغة) Wara' Sifat (الإندونيسية بالغة) Wara' Sifat ك ن و ر ع ا ت ك ن ا ع ب د الن اس "Jadilah orang yang wara' niscaya engkau menjadi manusia yang paling beribadah" Sesungguhnya orang yang mengenal Rabb-nya dan menempatkan-nya

Lebih terperinci

DZIKIR PAGI & PETANG dan PENJELASANNYA

DZIKIR PAGI & PETANG dan PENJELASANNYA DZIKIR PAGI & PETANG dan PENJELASANNYA DZIKIR PAGI DAN PETANG dan Penjelasan Maknanya ع ن ا ب ه ر ي ر ة ق ال : ك ان ر س ول ال ه ص ل ال ه ع ل ي ه و س ل م ي ع ل م ا ص ح اب ه ي ق ول : ا ذ ا ا ص ب ح ا ح د

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di 13-06-2017 18 Ramadhan Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Fiqh Itikaf Al-Bukhari 1885-1890 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di www.warungustad.com

Lebih terperinci

Hadits Lemah Tentang Keutamaan Surat Az-Zalzalah

Hadits Lemah Tentang Keutamaan Surat Az-Zalzalah Hadits Lemah Tentang Keutamaan Surat Az-Zalzalah حفظو هللا Ustadz Kholid Syamhudi, Lc Publication : 1439 H_2017 M Hadits Lemah Tentang Keutamaan Surat Az-Zalzalah حفظو هللا Ustadz Kholid Syamhudi Disalin

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Keutamaan Akrab Dengan Al Qur an

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Keutamaan Akrab Dengan Al Qur an 10-06-2017 15 Ramadhan Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Keutamaan Akrab Dengan Al Qur an Al-Bukhari 4632, 4633, 4637, 4638, 4639 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian

Lebih terperinci

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR:

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR: AL-QURAN KOMPETENSI DASAR Menganalisis kedudukan dan fungsi al-quran dalam agama Islam Mengidentifikasi berbagai karakteristik yang melekat pada al-quran INDIKATOR: Mendeskripsikan kedudukan dan fungsi

Lebih terperinci

Hadis Sahih. Kamarul Azmi Jasmi

Hadis Sahih. Kamarul Azmi Jasmi Hadis Sahih Kamarul Azmi Jasmi Universiti Teknologi Malaysia, Johor Bahru, Malaysia, qamar@utm.my Suggested Citation: Jasmi, Kamarul Azmi. (2016). Hadis Sahih. In Kamarul Azmi Jasmi (Ed.), Ensiklopedia

Lebih terperinci

PENGENALAN METODE TAKHRIJ HADITS DALAM UPAYA MENINGKATKAN KOMPETENSI DOSEN FAKULTAS AGAMA ISLAM (FAI) UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG (UNSIKA)

PENGENALAN METODE TAKHRIJ HADITS DALAM UPAYA MENINGKATKAN KOMPETENSI DOSEN FAKULTAS AGAMA ISLAM (FAI) UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG (UNSIKA) PENGENALAN METODE TAKHRIJ HADITS DALAM UPAYA MENINGKATKAN KOMPETENSI DOSEN FAKULTAS AGAMA ISLAM (FAI) UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG (UNSIKA) Tajudin Nur dan Debibik Nabilatul Fauziah Dosen Fakultas

Lebih terperinci

ULUMUL HADIS ULUMUL HADIS

ULUMUL HADIS ULUMUL HADIS ULUMUL HADIS Dr. Khadijah, M.Ag. Kelompok Penerbit Perdana Mulya Sarana KATA PENGANTAR Penulis: Dr. Khadijah, M.Ag. Copyright 2011, pada penulis Hak cipta dilindungi undang-undang All rigths reserved Penata

Lebih terperinci

ISTILAH-ISTILAH DALAM ILMU HADITS

ISTILAH-ISTILAH DALAM ILMU HADITS ISTILAH-ISTILAH DALAM ILMU HADITS Berikut ini adalah beberapa istilah di dalam ilmu hadits: Ahad Hadits yang tidak mencapai derajat mutawatir. Al-Hafizh Kedudukan yang lebih tinggi dari muhaddits, mengetahui

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Orang Yang Meninggal Namun Berhutang Puasa

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Orang Yang Meninggal Namun Berhutang Puasa 07-06-2017 12 Ramadhan Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Orang Yang Meninggal Namun Berhutang Puasa Al-Bukhari 1816, 1817, 563 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian

Lebih terperinci

MUZARA'AH dan MUSAQAH

MUZARA'AH dan MUSAQAH MUZARA'AH dan MUSAQAH Syaikh Abdul Azhim bin Badawi al-khalafi Publication : 1438 H, 2017 M MUZARA'AH dan MUSAQAH Syaikh Abdul Azhim bin Badawi al-khalafi Sumber:almanhaj.or.id dari Al-Wajiiz fii Fiqhis

Lebih terperinci

KAIDAH KEMUTTASILAN SANAD HADIS (Studi Kritis Terhadap Pendapat Syuhudi Ismail)

KAIDAH KEMUTTASILAN SANAD HADIS (Studi Kritis Terhadap Pendapat Syuhudi Ismail) KAIDAH KEMUTTASILAN SANAD HADIS (Studi Kritis Terhadap Pendapat Syuhudi Ismail) Sahiron Syamsuddin Ilmu Al-Qur an dan Tafsir (IAT), UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Email: ssyams1@hotmail.com Abstract The

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di 24-06-2017 29 Ramadhan Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Puasa Syawal Muslim 1984, Abu Dawud 2071 Tirmidzi 676, 692 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan penelitian hadits tentang Hadis-Hadis Tentang Aqiqah. Telaah Ma anil Hadits yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya,

BAB V PENUTUP. Berdasarkan penelitian hadits tentang Hadis-Hadis Tentang Aqiqah. Telaah Ma anil Hadits yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya, BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian hadits tentang Hadis-Hadis Tentang Aqiqah Telaah Ma anil Hadits yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya, dengan rumusan masalah yang tercantum dalam

Lebih terperinci

NILAI HADIS KITAB AL-TAUHI>D KARYA IBN KHUZAYMAH BAB RU YATULLA>H YAUM AL-QIYA>MAH DALAM PERSPEKTIF KAEDAH KESAHIHAN HADIS

NILAI HADIS KITAB AL-TAUHI>D KARYA IBN KHUZAYMAH BAB RU YATULLA>H YAUM AL-QIYA>MAH DALAM PERSPEKTIF KAEDAH KESAHIHAN HADIS NILAI HADIS KITAB AL-TAUHI>D KARYA IBN KHUZAYMAH BAB RU YATULLA>H YAUM AL-QIYA>MAH DALAM PERSPEKTIF KAEDAH KESAHIHAN HADIS Raadliyatush Shalihah I Hadis merupakan pedoman bagi umat Islam yang di dalamnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhammad SAW dan ditulis di mushaf

BAB I PENDAHULUAN. diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhammad SAW dan ditulis di mushaf 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur an merupakan kitab suci bagi umat Islam. Secara definitif, Al- Qur an dirumuskan sebagai kalam Allah SWT yang merupakan mukjizat yang diturunkan (diwahyukan)

Lebih terperinci

"Jadilah orang yang wara' niscaya engkau menjadi manusia yang paling beribadah"

Jadilah orang yang wara' niscaya engkau menjadi manusia yang paling beribadah Sifat Wara' ك ن و ر ع ا ت ك ن ا ع ب د الن اس "Jadilah orang yang wara' niscaya engkau menjadi manusia yang paling beribadah" Sesungguhnya orang yang mengenal Rabb-nya dan menempatkan-nya sebagaimana mestinya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw yang tertulis dalam suatu mushap

BAB I PENDAHULUAN. yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw yang tertulis dalam suatu mushap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an adalah kalam Allah Swt yang suci yang mengandung kemukjizatan yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw yang tertulis dalam suatu mushap yang diriwayatkan

Lebih terperinci

Analisis Hadis Kitab Allah Dan Sunahku

Analisis Hadis Kitab Allah Dan Sunahku Analisis Hadis Kitab Allah Dan Sunahku (Oleh: J. algar. secondprince) Tulisan ini akan membahas hadis Kitabullah wa Sunnaty yang sering dijadikan dasar bahwa kita harus berpedoman kepada Al Quran dan Sunnah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KETENTUAN KHI PASAL 153 AYAT (5) TENTANG IDDAH BAGI PEREMPUAN YANG BERHENTI HAID KETIKA MENJALANI MASA IDDAH KARENA MENYUSUI

BAB IV ANALISIS KETENTUAN KHI PASAL 153 AYAT (5) TENTANG IDDAH BAGI PEREMPUAN YANG BERHENTI HAID KETIKA MENJALANI MASA IDDAH KARENA MENYUSUI BAB IV ANALISIS KETENTUAN KHI PASAL 153 AYAT (5) TENTANG IDDAH BAGI PEREMPUAN YANG BERHENTI HAID KETIKA MENJALANI MASA IDDAH KARENA MENYUSUI A. Analisis Perhitungan Iddah Perempuan Yang Berhenti Haid Ketika

Lebih terperinci

Kata Kunci: Ajjaj al-khatib, kitab Ushul al-hadis.

Kata Kunci: Ajjaj al-khatib, kitab Ushul al-hadis. MANHAJ AJJAJ AL-KHATIB (Analisis Kritis terhadap Kitab Ushul al-hadis, Ulumuh wa Mushtalahuh) Sulaemang L. (Dosen Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN Kendari) Abstrak: Penelitian ini mebmahas Manhaj Ajjaj

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan 31-05-2017 Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Yang Membatalkan Puasa Al-Bukhari 1797, 1800, 1815 Tirmidzi 652-653 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Donasi Pusat Kajian Hadis Salurkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Al-Qur an menghormati perempuan sebagai manusia, anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Al-Qur an menghormati perempuan sebagai manusia, anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur an menghormati perempuan sebagai manusia, anak perempuan, isteri, ibu, bahkan sebagai seorang anggota masyarakat. Namun pada zaman sebelum Islam, sebagian besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal ihwal Nabi Muhammad merupakan sumber ajaran Islam kedua setelah al-qur an.

BAB I PENDAHULUAN. hal ihwal Nabi Muhammad merupakan sumber ajaran Islam kedua setelah al-qur an. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Quran adalah sumber utama ajaran Islam dan sebagai pedoman hidup bagi kaum muslimin. Sedangkan hadis sebagai pernyataan, pengalaman, taqriri dan hal ihwal Nabi

Lebih terperinci

DOA dan DZIKIR. Publication in PDF : Sya'ban 1435 H_2015 M DOA DAN DZIKIR SEPUTAR PUASA

DOA dan DZIKIR. Publication in PDF : Sya'ban 1435 H_2015 M DOA DAN DZIKIR SEPUTAR PUASA DOA dan DZIKIR SEPUTAR PUASA Publication in PDF : Sya'ban 1435 H_2015 M DOA DAN DZIKIR SEPUTAR PUASA Sumber: Sebagian Besar Dikutip dari Hisnul Muslim, Lengkapnya lihat ebook Versi CHM e-book ini didownload

Lebih terperinci

Hadits yang Sangat Lemah Tentang Larangan Berpuasa Ketika Safar

Hadits yang Sangat Lemah Tentang Larangan Berpuasa Ketika Safar Hadits Yang Sangat Lemah Tentang Larangan Berpuasa Ketika Safar حفظه هللا Ustadz Abdullah Taslim al-buthoni, MA Publication : 1438 H_2017 M Hadits yang Sangat Lemah Tentang Larangan Berpuasa Ketika Safar

Lebih terperinci

CARA PRAKTIS UNTUK MENGHAFAL AL-QUR AN

CARA PRAKTIS UNTUK MENGHAFAL AL-QUR AN CARA PRAKTIS UNTUK MENGHAFAL AL-QUR AN Segala puji Bagi Allah Rabb semesta alam, shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Nabi kita Muhammad r. Dalam tulisan ini akan kami kemukakan cara termudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh pendidikan formal informal dan non-formal. Penerapan

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh pendidikan formal informal dan non-formal. Penerapan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan dan perkembangan pendidikan sejalan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga perubahan akhlak pada anak sangat dipengaruhi oleh pendidikan

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di 20-06-2017 25 Ramadhan Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Adab Bersilaturrahmi Al-Bukhari 5524-5526, 5528, 5532 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Isbal merupakan perbuatan memakai pakaian yang melebihi standar batas yang telah ditentukan oleh Allah Swt. dan Rasul Saw. yakni dibawah mata kaki dan bahkan menyeret-nyeret

Lebih terperinci

TAHAJJUD (QIAMUL LAIL) & WITIRNYA. Oleh: Rasul bin Dahri

TAHAJJUD (QIAMUL LAIL) & WITIRNYA. Oleh: Rasul bin Dahri SOLAT TAHAJJUD (QIAMUL LAIL) & WITIRNYA RASULULLAH Oleh: Rasul bin Dahri 1 SOLAT TAHAJJUD & WITIRNYA RASULULLAH Soalan: Apa hukumnya mendahulukan witir sebelum tahajjud (Qiamul- lail) atau sembahyang malam?

Lebih terperinci

KAIDAH FIQH. "Mengamalkan dua dalil sekaligus lebih utama daripada meninggalkan salah satunya selama masih memungkinkan" Publication: 1436 H_2015 M

KAIDAH FIQH. Mengamalkan dua dalil sekaligus lebih utama daripada meninggalkan salah satunya selama masih memungkinkan Publication: 1436 H_2015 M KAIDAH FIQH إ ع م ال الد ل ي ل ي أ و ل م ن إ ه ال أ ح د ه ا م ا أ م ك ن "Mengamalkan dua dalil sekaligus lebih utama daripada meninggalkan salah satunya selama masih memungkinkan" Publication: 1436 H_2015

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Anjuran Mencari Malam Lailatul Qadar

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Anjuran Mencari Malam Lailatul Qadar 14-06-2017 19 Ramadhan Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Anjuran Mencari Malam Lailatul Qadar Al-Bukhari 1876-1880, 1884 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi

Lebih terperinci

TETANGGA Makna dan Batasannya حفظه هللا Syaikh 'Ali Hasan 'Ali 'Abdul Hamid al-halabi al-atsari

TETANGGA Makna dan Batasannya حفظه هللا Syaikh 'Ali Hasan 'Ali 'Abdul Hamid al-halabi al-atsari TETANGGA Makna dan Batasannya حفظه هللا Syaikh 'Ali Hasan 'Ali 'Abdul Hamid al-halabi al-atsari Publication : 1437 H_2016 M Tetangga: Makna dan Batasannya حفظه هللا Syaikh 'Ali Hasan al-halabi Disalin

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS SANAD DAN MATAN HADITS TENTANG SYAFAAT PENGHAFAL AL-QUR AN

BAB IV ANALISIS SANAD DAN MATAN HADITS TENTANG SYAFAAT PENGHAFAL AL-QUR AN 135 BAB IV ANALISIS SANAD DAN MATAN HADITS TENTANG SYAFAAT PENGHAFAL AL-QUR AN A. Analisis Sanad Telaah keadaan jalur periwayatan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah hadits-hadits yang telah di-takhrīj

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah telah menciptakan manusia dengan sebaik-baik penciptaan,

BAB I PENDAHULUAN. Allah telah menciptakan manusia dengan sebaik-baik penciptaan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah telah menciptakan manusia dengan sebaik-baik penciptaan, kesempurnaan bentuk fisik (jasmani) dan (rohani (non fisik), melebihi makhluk lain, bahkan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Islam, hadis menempati posisi kedua setelah al-qur an sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Islam, hadis menempati posisi kedua setelah al-qur an sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Islam, hadis menempati posisi kedua setelah al-qur an sebagai sumber referensi atau pandangan hidup. 1 Oleh karena itu, problem pemahaman hadis Nabi merupakan

Lebih terperinci

1. Lailatul Qadar adalah waktu diturunkannya Al Qur an

1. Lailatul Qadar adalah waktu diturunkannya Al Qur an 7 Keistimewaan Lailatul Qadar Muhammad Abduh Tuasikal Setiap muslim pasti menginginkan malam penuh kemuliaan, Lailatul Qadar. Malam ini hanya dijumpai setahun sekali. Orang yang beribadah sepanjang tahun

Lebih terperinci

Pembagian hadits ahad dilihat dari sisi kuat dan lemahnya sebuah hadits terbagi menjadi dua, yaitu:

Pembagian hadits ahad dilihat dari sisi kuat dan lemahnya sebuah hadits terbagi menjadi dua, yaitu: Pembagian hadits ahad dilihat dari sisi kuat dan lemahnya sebuah hadits terbagi menjadi dua, yaitu: 1. Maqbul : sebuah hadits yang mempunyai indikasi kuat kejujuran orang yang membawa khabar tesebut 2.

Lebih terperinci

Hadits-hadits Shohih Tentang

Hadits-hadits Shohih Tentang Hadits-hadits Shohih Tentang KEUTAMAAN PERNIAGAAN DAN PENGUSAHA MUSLIM حفظو هللا Ustadz Muhammad Wasitho Abu Fawaz, Lc Publication : 1436 H_2015 M Hadits-hadits Shohih Tentang Keutamaan Perniagaan dan

Lebih terperinci

HADITS TENTANG RASUL ALLAH

HADITS TENTANG RASUL ALLAH HADITS TENTANG RASUL ALLAH 1. KEWAJIBAN BERIMAN KEPADA RASULALLAH ح دث ني ي ون س ب ن ع ب د الا ع ل ى أ خ ب ر اب ن و ه ب ق ال : و أ خ ب ر ني ع م ر و أ ن أ اب ي ون س ح دث ه ع ن أ بي ه ر ي ر ة ع ن ر س ول

Lebih terperinci

Ustadz Ahmas Faiz Asifuddin, MA. Publication: 1436 H_2014 M. Disalin dari Majalah al-sunnah, Edisi 08, Th.XVIII_1436/2014

Ustadz Ahmas Faiz Asifuddin, MA. Publication: 1436 H_2014 M. Disalin dari Majalah al-sunnah, Edisi 08, Th.XVIII_1436/2014 MeNCiNTai A H L U B A I T هللا ىلص NABI حفظو هللا Ustadz Ahmas Faiz Asifuddin, MA Publication: 1436 H_2014 M هللا ىلص Mencintai AHLUL BAIT Rasulullah Ustadz Ahmas Faiz Asifuddin, MA Disalin dari Majalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan pada dasarnya merupakan perilaku makhluk ciptaan. TuhanYang Maha Esa yang tidak hanya terbatas pada diri seorang manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan pada dasarnya merupakan perilaku makhluk ciptaan. TuhanYang Maha Esa yang tidak hanya terbatas pada diri seorang manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan pada dasarnya merupakan perilaku makhluk ciptaan TuhanYang Maha Esa yang tidak hanya terbatas pada diri seorang manusia melainkan seluruh makhluk ciptaan-nya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan dan tindakan yang diambil akan bertentangan dengan normanorma

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan dan tindakan yang diambil akan bertentangan dengan normanorma BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia baik dalam berkeluarga, bermasyarakat maupun dalam kehidupan berbangsa dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bumi juga harus mampu menghambakan diri di hadapan Allâh Subhânahu

BAB I PENDAHULUAN. bumi juga harus mampu menghambakan diri di hadapan Allâh Subhânahu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia, disamping mengemban tugas sebagai khalifah di muka bumi juga harus mampu menghambakan diri di hadapan Allâh Subhânahu wa Ta âla. hal ini, sebagaimana

Lebih terperinci

Mengabulkan DO A Hamba-Nya

Mengabulkan DO A Hamba-Nya Janji ALLAH عز وجل untuk Mengabulkan DO A Hamba-Nya Tafsir Surat al-baqarah/2 ayat 186 رحمو هللا Imam Ibnu Katsir asy-syafi i Publication: 1435 H_2014 M Janji Allah Untuk Mengabulkan Do'a Hamba-Nya Tafsir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan imamah (Serban). Kebiasaan Nabi SAW dan para sahabatnya, baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan imamah (Serban). Kebiasaan Nabi SAW dan para sahabatnya, baik dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Diantara perhiasan seorang mukmin adalah penutup kepala, seperti songkok, dan imamah (Serban). Kebiasaan Nabi SAW dan para sahabatnya, baik dalam shalat, maupun

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP SAKIT. A. Ayat-ayat al-qur`an. 1. QS. Al-Baqarah [2]:

BAB IV KONSEP SAKIT. A. Ayat-ayat al-qur`an. 1. QS. Al-Baqarah [2]: BAB IV KONSEP SAKIT A. Ayat-ayat al-qur`an 1. QS. Al-Baqarah [2]: 155 156...و ب ش ر الص اب ر ين ال ذ ين إ ذ ا أ ص اب ت ه م م ص يب ة ق ال وا إ ن ا ل ل و و إ ن ا إ ل ي و ر اج عون. "...Dan sampaikanlah kabar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hadis merupakan sumber hukum Islam setelah al-qur a>n. Keduanya

BAB I PENDAHULUAN. Hadis merupakan sumber hukum Islam setelah al-qur a>n. Keduanya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hadis merupakan sumber hukum Islam setelah al-qur a>n. Keduanya memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan umat Islam. 1 Dalam penerapannya, hadis

Lebih terperinci

Puasa Sunah Asyura: Waktu dan Keutamaannya

Puasa Sunah Asyura: Waktu dan Keutamaannya Puasa Sunah Asyura: Waktu dan Keutamaannya Tidak Sedikit manusia bertanya, bagaimanakah puasa sunah Asyura itu? Dan kapankah pelaksanaannya? Dalil-Dalilnya: Berikut ini adalah dalil-dalil puasa tersebut:

Lebih terperinci

PEMBAGIAN HADITS NABI

PEMBAGIAN HADITS NABI PEMBAGIAN HADITS NABI Disusun dari berbagai sumber oleh: Saiful Amien, M.Pd Ulumul Hadits secara kebahasaan berarti ilmu-ilmu tentang hadits. Kata 'ulum adalah bentuk jamak dari kata 'ilm (ilmu) Ulumul

Lebih terperinci

BAB II SUNNAH DAN MACAMNYA

BAB II SUNNAH DAN MACAMNYA BAB II SUNNAH DAN MACAMNYA A. Definisi al-sunnah Secara etimologi al-sunnah berarti jalan dan adat kebiasaan, baik jalan itu baik ataupun buruk 1, Allah swt. berfirman : و م ا م ن ع الن اس أ ن ي ؤ م ن

Lebih terperinci

Hukum-Hukum Wasiat. Lajnah Daimah Untuk Riset Ilmiah Dan Fatwa. Terjemah :Muhammad Iqbal A.Gazali Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad

Hukum-Hukum Wasiat. Lajnah Daimah Untuk Riset Ilmiah Dan Fatwa. Terjemah :Muhammad Iqbal A.Gazali Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad Hukum-Hukum Wasiat من حاك لوصية [ Indonesia Indonesian ند نيn ] Lajnah Daimah Untuk Riset Ilmiah Dan Fatwa Terjemah :Muhammad Iqbal A.Gazali Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad 2010-1431 من حاك لوصية» باللغة

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGULANGAN PEKERJAAN BORONGAN PEMBUATAN TAS DI DESA KRIKILAN KECAMATAN DRIYOREJO KECAMATAN GRESIK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGULANGAN PEKERJAAN BORONGAN PEMBUATAN TAS DI DESA KRIKILAN KECAMATAN DRIYOREJO KECAMATAN GRESIK BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGULANGAN PEKERJAAN BORONGAN PEMBUATAN TAS DI DESA KRIKILAN KECAMATAN DRIYOREJO KECAMATAN GRESIK Sebagaimana permasalahan yang telah diketahui dalam pembahasan

Lebih terperinci

Kepada Siapa Puasa Diwajibkan?

Kepada Siapa Puasa Diwajibkan? Kepada Siapa Puasa Diwajibkan? Kamis, 27 Oktober 2005 17:17:15 WIB Oleh Syaikh Abdul Azhim bin Badawi al-khalafi Para ulama telah sepakat bahwa puasa wajib atas seorang mus-lim yang berakal, baligh, sehat,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN A. Analisis dari Aspek Akadnya Sebagaimana yang telah penulis jelaskan

Lebih terperinci

Cara Termudah Menghafal Al-Qur`an Al-Karim

Cara Termudah Menghafal Al-Qur`an Al-Karim Cara Termudah Menghafal Al-Qur`an Al-Karim Segala pujian hanya milik Allah, shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Nabi kita Muhammad, kepada keluarganya, dan para sahabat seluruhnya. Keistimewaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga karena fungsinya sebagai penjelas (bayan) bagi ungkapan-ungkapan al- Qur an yang mujmal, muthlaq, amm dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. juga karena fungsinya sebagai penjelas (bayan) bagi ungkapan-ungkapan al- Qur an yang mujmal, muthlaq, amm dan sebagainya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam struktur sumber hukum Islam, hadits (sunnah) bagi ummat Islam menempati urutan kedua sesudah al-qur an. karena, disamping sebagai ajaran Islam yang secara

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Analisis terhadap aplikasi jual beli ikan bandeng dengan pemberian jatuh tempo. Jual beli ikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan ibadah shalat dan haji. Tanpa bersuci orang yang berhadas tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. dengan ibadah shalat dan haji. Tanpa bersuci orang yang berhadas tidak dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bersuci merupakan hal yang sangat erat kaitannya dan tidak dapat dipisahkan dengan ibadah shalat dan haji. Tanpa bersuci orang yang berhadas tidak dapat menunaikan ibadah

Lebih terperinci

PENEMPELAN PHOTO PADA MUSHAF AL-QUR AN (KEMULIAAN AL-QUR AN)

PENEMPELAN PHOTO PADA MUSHAF AL-QUR AN (KEMULIAAN AL-QUR AN) 36 PENEMPELAN PHOTO PADA MUSHAF AL-QUR AN (KEMULIAAN AL-QUR AN) FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 5 Tahun 2005 Tentang PENEMPELAN PHOTO PADA MUSHAF AL-QUR AN (KEMULIAAN AL-QUR AN) Majelis Ulama Indonesia,

Lebih terperinci

Fatwa Tentang Tata Cara Shalat Witir. Pertanyaan: Bagaimana tatacara mengerjakan shalat witir yang paling utama? Jawaban: Segala puji bagi Allah I.

Fatwa Tentang Tata Cara Shalat Witir. Pertanyaan: Bagaimana tatacara mengerjakan shalat witir yang paling utama? Jawaban: Segala puji bagi Allah I. Fatwa Tentang Tata Cara Shalat Witir Pertanyaan: Bagaimana tatacara mengerjakan shalat witir yang paling utama? Jawaban: Segala puji bagi Allah I. Shalat witir merupakan ibadah yang paling agung di sisi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. al-s{ala>h Ba>b al-amr bi al-wud}u> liman massa al-qura>n. Para ahli hadis

BAB V PENUTUP. al-s{ala>h Ba>b al-amr bi al-wud}u> liman massa al-qura>n. Para ahli hadis BAB V PENUTUP A. SIMPULAN Bulu>gh al-mara>m merupakan kitab karya Ibnu H{ajar al- Asqala>niy yang memuat hadis-hadis tentang hukum. Dalam penyusunannya, hadishadis dikelompokkan berdasarkan bab-bab fikih,

Lebih terperinci

FATWA TARJIH MUHAMMADIYAH PILIHAN DOA IFTITAH MENURUT PUTUSAN TARJIH MUHAMMADIYAH

FATWA TARJIH MUHAMMADIYAH PILIHAN DOA IFTITAH MENURUT PUTUSAN TARJIH MUHAMMADIYAH FATWA TARJIH MUHAMMADIYAH PILIHAN DOA IFTITAH MENURUT PUTUSAN TARJIH MUHAMMADIYAH Pertanyaan Dari: H. Mufti Muhammadi, muftimuhammadi@yahoo.co.id, SMA Muhammadiyah 11 Rawamangun (Disidangkan pada hari

Lebih terperinci

KOMPETENSI DASAR: INDIKATOR:

KOMPETENSI DASAR: INDIKATOR: TRILOGI - AQIDAH KOMPETENSI DASAR: Menganalisis trilogi ajaran Islam dan kedudukan aqidah dalam agama Islam Menganalisis unsur-unsur dan fungsi aqidah bagi kehidupan manusia (umat Islam) INDIKATOR: Mendeskripsikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung sifat-sifat yang sempurna. Nama-nama Allah yang agung dan mulia

BAB I PENDAHULUAN. mengandung sifat-sifat yang sempurna. Nama-nama Allah yang agung dan mulia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Asma> al-h}usna adalah nama-nama Allah yang agung dan mengandung sifat-sifat yang sempurna. Nama-nama Allah yang agung dan mulia itu merupakan suatu kesatuan yang

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan 03-06-2017 Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Kesalahan Besar Di Bulan Ramadhan Al-Bukhari 1799-1801 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Donasi Pusat Kajian Hadis Salurkan sedekah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sejumlah pengalaman dari seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sejumlah pengalaman dari seseorang atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sejumlah pengalaman dari seseorang atau kelompok untuk dapat memahami sesuatu yang sebelumnya tidak mereka pahami.pengalaman ini terjadi

Lebih terperinci

Wa ba'du: penetapan awal bulan Ramadhan adalah dengan melihat hilal menurut semua ulama, berdasarkan sabda Nabi r:

Wa ba'du: penetapan awal bulan Ramadhan adalah dengan melihat hilal menurut semua ulama, berdasarkan sabda Nabi r: Penetapan Awal Bulan dan Jumlah Saksi Yang Dibutuhkan hilal? Bagaimana penetapan masuknya bulan Ramadhan dan bagaimana mengetahui Dengan nama Allah I Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di 16-06-2017 21 Ramadhan Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Kewajiban Zakat Fitrah Al-Bukhari 1407-1413 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan 26-06-2017 Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Qodho Puasa Yang Ditinggalkan Bukhari 310, 1814, 1815 Muslim 508 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat

Lebih terperinci

Adalah Sebagian Dari IMAN حفظو هللا Ustadz Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar as-sidawi

Adalah Sebagian Dari IMAN حفظو هللا Ustadz Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar as-sidawi Hadits PALSU: Cinta Tanah Air Adalah Sebagian Dari IMAN حفظو هللا Ustadz Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar as-sidawi Re-Publication : 1437 H_2016 M Hadits Palsu: Cinta Tanah Air Adalah Sebagian Dari Iman حفظو

Lebih terperinci